Semalam saya bertemu dengan seorang nenek tua di pinggir jalan daerah Titi Kuning. Saat itu saya baru saja turun dari angkutan umum. Sang nenek berdiri di sebelah saya. Tinggi nenek itu hanya sepinggang saya. Dengan suara yang lemah, ia meminta saya untuk membantunya menyeberang jalan yang siang itu memang sangat padat. “Bantu Nenek nyebrang ya, Nak...,” begitu ucapnya.
Kebetulan, saya memang mau menyeberang juga. Saya menjawab, “Iya, Nek”. Sembari menunggu jalanan lengang, tangan nenek itu menggenggam lengan saya. Saya sedikit terkejut, namun tidak bereaksi. Saya merasakan tangan sang nenek yang mulai renta. Keriput di wajah dan suara yang lemah membuat hati saya trenyuh. Biasanya saya menyeberang jalan dengan berlari-lari kecil. Namun karena kali ini saya menyeberangkan nenek itu, saya menunggu sampai benar-benar lampu merah. Ada hikmahnya juga #hehe.
Sesampainya di seberang jalan, sang nenek mengucapkan terima kasih sambil tersenyum kecil. Saya balas tersenyum. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju sebuah kedai. Pikiran saya berkecamuk ‘Nenek itu sudah sangat tua. Tubuhnya rapuh. Kenapa dia masih bepergian sendirian? Di mana keluarganya? Sampai hati sekali...’ Saya tak habis pikir dengan kejadian itu.
Di jalan, saya melihat sepasang kakek dan nenek berboncengan di sepeda motor. Tangan si nenek memeluk pinggang kakek dengan mesra. Saya tersenyum simpul. Saya juga ingin menghabiskan masa tua seperti pasangan kakek-nenek tersebut. Menghabiskan sisa hidup bersama orang-orang yang disayangi. Bukankah itu menjadi impian kita semua?
Ada sebuah kalimat yang sangat saya sukai “menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan”. Kita pasti akan menjadi tua suatu saat nanti. Semua hanya tergantung pada waktu. Waktu akan terus berjalan. Bahkan setiap berkumpul dengan keluarga besar, saudara-saudara saya selalu berkata “Wah, kamu udah gede ya sekarang? Dulu masih kecil banget. Gak terasa...” Sampai kini, ucapan itu masih sering terdengar. Ucapan yang selalu aku balas dengan senyuman.
Beberapa tahun lagi, pasti akan ada yang memanggil saya ‘mama’ atau ‘ibu’. Kemudian puluhan tahun berikutnya, akan ada yang memanggil saya ‘nenek’ atau ‘opung’. Menjadi tua adalah sebuah kepastian. Jika Tuhan masih memberikan saya kesempatan, saya ingin menjadi seorang tua yang merasa puas dengan hidupnya. Seseorang yang di masa tuanya dapat tersenyum bahagia karena merasa telah melakukan yang terbaik selama muda. Seseorang yang di masa tuanya masih disayangi oleh semua orang. Menghabiskan masa tua dengan orang-orang yang disayangi.
Kita pasti akan menjadi tua. Ketika masa itu tiba, siapkah kita? [LS]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H