Mohon tunggu...
Lilis Sintiasari
Lilis Sintiasari Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Solo Moviegoer and solo traveler

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kebahagiaan Itu Berasal dari Diri Kita Sendiri

30 Juli 2021   07:01 Diperbarui: 1 Agustus 2021   09:30 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang gadis yang sangat terlihat bahagia di depan cermin. (sumber: pexels/Andrea Piacquadio)

Udah lama pacaran atau bahkan menikah tapi kok belum bahagia juga ya?

Padahal kan dia itu orang baik.

Banyak orang pasti sangat ingin memiliki hubungan yang bahagia. Termasuk kalian yang membaca artikel ini menginginkan hal tersebut. Sebenarnya untuk mewujudkan hal tersebut sangat mudah, karena ada dua prinsip penting untuk bisa membuat hubungan yang bahagia.

Kebahagiaan bukan hasil dari pemberian pasangan

Jangan pernah berpikir bahwa kalian bahagia karena pasangan. Karena suatu saat ini bisa membuat kecewa. Kenapa? Akan ada masanya pasangan kalian sibuk, ada masalah, sakit atau hal lainnya yang membuat dia tidak bisa memberikan apa yang kalian harapkan.

Kalau kebahagiaan kalian tergantung pada pasangan, saat dia sibuk seharian tanpa memberi kabar pasti kebahagiaan itu akan menurun.

Apa itu berarti pasangan tidak bisa dijadikan sumber kebahagiaan? Bisa kok! Karena itu salah satu janji dalam menjalani suatu hubungan untuk mencoba membahagiakan. Namun, ini tidak dapat dijadikan sebagai puncak kebahagiaan. Kebahagiaan, kepuasan hidup kalian tidak dapat didasarkan atas pemberian pasangan.

Coba sekarang pikirkan! Ketika sebelum memiliki hubungan atau sekarang sedang menjalani hubungan, dari mana kebahagiaan itu datang? Dari perhatian pasangan? Atau Kehadiran pasangan? Kalau memang iya tentu tidak masalah dan gak salah juga.

Namun, coba bayangkan ketika pasangan kalian sedang tidak memberikan sebanyak itu, apakah kalian akan tetap bahagia? Apakah kalian bisa lebih bahagia ketika pasangan sedang sibuk kerja atau sibuk dengan teman-temannya?

Kalau sumber kebahagiaan kalian datang dari pasangan, aduh kacau banget sih ini. Luar biasa kacau. Kalian akan sangat bergantung pada pasangan. 

Bahkan ketika pasangan kalian berubah atau bahkan selingkuh atau tiba-tiba menghilang, kalian pasti akan langsung hancur berkeping-keping.

Apa yang akan kalian lakukan jika pasangan kalian seperti itu? Pasti akan mencari dan mengejar. Semakin dia menghilang, semakin kalian kejar, pernah kan? Namun, bukan berarti pasangan tidak boleh berkontribusi atas kebahagiaan kalian, boleh. 

Contohnya, ketika kalian punya teman dekat atau sahabat, apakah kebahagiaan mereka tanggungjawab kalian sepenuhnya? Oh tentu tidak. Karena kebahagiaan itu bukan diberikan, tetapi dicari.

Kebahagiaan itu hasil dari usaha diri sendiri

Kebahagiaan kalian tentu adalah hasil dari usaha kalian. Jadi, ketika hari ini tidak bahagia mungkin ada suatu hal yang diabaikan, dilupakan, ditinggalkan sehingga tidak merasa puas. 

Bahagia itu boleh kok ketika pasangan memberikan kebahagiaan. Namun, ketika pasangan tidak memberikan itu apakah kalian akan tetap bisa membahagiakan diri sendiri? Harusnya sih bisa!

Kalau pun orang di seluruh dunia tidak memberikan kebagian kepada kalian, harusnya tetap bisa bahagia. Karena yang mengatur kalian bahagia itu adalah diri kalian sendiri. 

Buat diri kalian itu lebih berharga. Semakin kalian menyayangi diri kalian, tentu rasa bahagia dalam diri kalian akan semakin tumbuh besar.

Banyak sekali hal-hal yang dapat membuat kalian bahagia. Jika suka nonton dan itu membuat bahagia, ketika lelah, sedih, kesepian, yang perlu dilakukan adalah nonton. Anggap saja itu adalah me time. Namun, sangat disayangkan banyak yang sudah tahu me time itu bisa membuat bahagia, tetapi tidak dilakukan. Salahnya lagi, yang dilakukan itu adalah mengeluh karena kesepian akhirnya stress.

Biasanya orang seperti ini berharap justru orang lain yang akan membahagiakan. Kalian pasti sering mendengar ini. "Nanti kalau aku udah pacaran sama dia", "Nanti kalau aku uda nikah", "Nanti kalau aku udah punya anak", bla bla bla, pasti bahagia. 

Bisanya orang seperti ini menganggap kebahagiaan ada di luar sana. Padahal kebahagiaan itu ada di dalam diri sendiri dan cari apa yang disukai. Dimulai dari diri sendiri dan apa yang disukai.

Kalau melakukan hal yang tidak disukai, tentu tidak akan pernah bahagia. Apa yang disukai? Apa yang dibutuhkan? Apa yang diinginkan? Apa yang diharapkan? Dan apapun yang selalu terngiang-ngiang dan ingin kalian dapatkan. 

Lebih baik kejar saja semua itu dari pada ngejar dia untuk memberikan itu semua kepada kalian. Itu salahnya yang sering dilakukan banyak orang.

Banyak orang suka merasa dirinya kesepian, tidak bahagia, tidak berharga, kurang ini, kurang itu, akhirnya akan sibuk mencari satu orang yang bisa memberikan kebahagiaan itu pada dirinya supaya bisa menerima dirinya. 

Karena dia tidak bisa menerima dirinya, akhirnya mencari orang yang bisa menerima dirinya. Misalnya, ada perempuan yang bilang dirinya kurang cantik, pasti akan mencari laki-laki di luar sana yang ngomongnya manis banget bahwa dia cantik.

Kalau begitu, seberapa besar sih kalian sudah membahagiakan diri sendiri saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun