Pesantren adalah sebuah institusi budaya yang lahir dari prakarsa dan inisiatif masyarakat. Peran sentral kiyai sebagai pemarkarsa berdirinya pesantren, hubungan antara santri dan kiyai serta hubungan masyarakat dengan kiyai  menunjukan kekhasan lembaga ini. Jika menilik kembali sejarah berdirinya pesantren adalah kehendak masyarakat sehingga mestinya pesantren secara kelembagaan harus dapat berdialog dengan pemiliknya sendiri (masyarakat) dan mampu menghadirkan arus perubahan sekitar pesantren baik dalam agama, sosial maupun ekonomi.
Pondok Pesantren Raudhatul Quran Mulyojati 16B Kecamatan Metro Barat adalah salah satu Pesantren yang terletak di Kota Metro, Lampung. Pondok Modern yang berorientasi pencetak penghafal Al-Quran 30 Juz sekaligus mencetak kader-kader generasi yang Qurani dan generasi penerus yang berjiwa pendidikan, rasa tanggung jawab, Â jiwa pemimpin dan dituntut menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris untuk berkomunikasi sehari-hari. Serta semua santri wajib tinggal di asrama baik santri putra maupun santri putri dan jumlah santri yang mencapai 1150 santri[1]. Dengan kebutuhan santri yang beragam menjadikan pesantren dan masyarakat sekitar pesantren cenderung menciptakan usaha ekonomi guna ikut serta melayani para santri dan para wali santri yang datang saat menjenguk.
Berdasarkan survei di Pondok Pesantren Roudhatul Quran, bahwa pondok pesantren Roudhotul Quran sedikit demi sedikit dan secara bertahap berupaya membuka unit-unit usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan warga pesantren, khususnya santri. Harapannya dapat mendukung terwujudnya lembaga pendidikan yang representatif dan kondusif bagi jalannya proses pendidikan. Dengan terwujudnya unit-unit usaha tersebut, selain berguna untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren, nilai positif lainnya adalah memberikan pembelajaran bagi santri untuk berbisnis.Â
Hal ini karena di dalam mengelola unit-unit tersebut melibatkan beberapa santri, Meskipun demikian, pesantren tidak memonopoli seluruh kebutuhan santri masih banyak kebutuhan santri yang belum terpenuhi sehingga di dalam keikutsertaan pesantren untuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, ustadz Ahmad Sonhaji selaku Lurah pondok mengatakan bahwa pesantren memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk melayani para santri dari Pondok Pesantren Roudhatul Quran yang membuat taraf hidup masyarakat sekitar pesantren lebih baik. Perubahan yang terjadi pada masyarakat Mulyojati tidak hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga pada aspek keagamaan, sosial dan budaya.
Pondok Pesantren kenyatannya adalah lembaga potensial untuk bergerak ke arah ekonomi, sebagaimana kekuatan yang dimilikinya. Jika Ponpes hanya menjadi penonton di era yang akan datang, maka lembaga-lembaga ekonomi mikro lain boleh jadi bergerak ke arah kemajuan. Oleh karena itu, kiranya diperlukan analisis yang cermat untuk melakukan penguatan kelembagaan ekonomi ini, agar tidak salah melangkah. Sasaran akhir dari pengembangan ekonomi Ponpes adalah kemandirian pesantren. Baik pada institusi formal maupun non formal.
Oleh karena itu, pengembangan ekonomi pesantren mempunyai andil besar dalam menggalakkan wirausaha. Di lingkungan pesantren para santri dididik untuk menjadi manusia yang bersikap mandiri dan berjiwa wirausaha. Pesantren giat berusaha dan bekerja secara independen tanpa menggantungkan nasib pada orang lain atau lembaga pemerintah swasta.Â
Secara kelembagaan pesantren telah memberikan tauladan, contoh riil (bi al-haal) dengan mengaktualisasikan semangat kemandirian melalui usaha-usaha yang konkret yang dikembangkan pesantren dengan didirikannya beberapa unit usaha ekonomi mandiri pesantren maka kemandirian pesantren akan semakin kuat. Secara umum pengembangan berbagai usaha ekonomi di pesantren dimaksudkan untuk memperkuat pendanaan pesantren, latihan bagi para santri, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an telah berperan dalam pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, diantaranya:
- Pesantren membuka beberapa unit usaha ekonomi seperti : BMT ICA Roudhotul Quran, Depot Air, RQ Mart,  Toko Salsa, Kantin Santri, keberadaan unit-unit usaha ini dalam pelaksanaan operasionalnya melibatkan santri, alumni dan masyarakat sekitar, sehingga santri yang dihasilkan mendapat bekal selain memiliki keilmuan agama juga memiliki kemampuan berwirausaha selepas keluar dari pesantren dan diharapkan mampu untuk bersaing  di era globalisasi seperti sekarang ini sehingga berpengaruh dalam pengembangan perekonomian masyarakat sekitar mereka. Seperti halnya BMT ICA yang didirikan oleh PPRQ, keberadaannya telah banyak membantu permodalan masyarakat sekitar pesantren untuk usaha mikro-menengah.
- Peranan pesantren Roudhotul Quran yang kedua di dalam pengembangan perekonomian masyarakat dapat terlihat pada keterlibatan masyarakat sekitar pesantren yang ikut serta melayani para santri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari santri yang ada di Pondok Pesantren Roudhotul Quran. Seperti Ibu Murtini dan Ibu Tina yang membuka usahanya sendiri guna meningkatkan pendapatan keluarga dan taraf hidup.
- PPRQ melakukan kemitraan dengan beberapa masyarakat yang memilki usaha dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan operasional PPRQ. Pelibatan ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan tetap dengan bekerjasama dalam penyediaan kebutuhan pondok pesantren bagi para ustadz, pengurus dan santri, banyak masyarakat yang pada awalnya tidak menentu hasil usahanya, setelah ikut serta mensuplay barang ke PPRQ menjadi memiliki penghasilan tetap  dan meningkatkan kesejahteraan. Kemitraan yang terjalin seperti : pensuplay bahan pangan untuk pesantren, penjahit pakaian, tukang bangunan, dll.
Potensi dan peran pesantren, mempunyai nilai yang cukup strategis dan signifikan dalam memberikan sumbangsih dan perannya bagi peningkatan keswadayaan, kemandirian, dan partisipasi masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat pula sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Pesantren sebagai lembaga masyarakat bartanggung jawab untuk melestarikan atau memperbaiki nilai-nilai yang ada karena itulah kehidupan dan sistem nilai di masyarakat harus terintegrasi di dalam kurikulum.Â
Kesejahteraan masyarakat di dalam bentuk kegiatan usaha bersama, hal ini sesungguhnya telah menjadi karakteristik pesantren yang selalu mampu mandiri dan swadaya di dalam kegiatan dakwah Islam di masyarakat. Pengembangan ekonomi dan proses penularan atau replikasi serta bantuan supervisi. Dengan adanya program, penguatan dan pengembangan potensi ekonomi pesantren ini menjadi bekal bagi pesantren untuk dapat lebih mengembangkan potensi-potensi yang ada di sekitar pesantren.
[1]Ahmad Sonhaji, Ustadz Pondok Pesantren Roudhatul Qur’an, wawancara survey, Metro: Oktober 2015