Mohon tunggu...
LiLik Soedirman
LiLik Soedirman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pejalang tulisan di bibirbeku.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beda Pendapat, Bolehlah

15 April 2012   04:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

terinspirasi dari komentar salah satu teman di twitter :)

menolak orang-orang yang mencemoohkan romantisme dan hanya dikendalikan oleh rasionalitas

Tahu itu kalimat aku dapat dari mana ?
Aku lupa sumbernya. Hehehehe. Hanya saja aku ingat, itu aku dapat ketika aku mencari tahu tentang sifat-sifat seorang cancer dan seorang melankolis seperti aku. Plakkk. Pas banget di aku yangmemang cenderung seperti itu.

Masalahnya adalah....sekali lagi, setiap orang dilahirkan dan ditakdirkan berbeda. Memiliki porsi otak dan hati yang tidak sama. Ada di antara mereka yang cenderung lebih mengedepankan rasionalitas daripada emosionalitas seperti banyak temanku yang lain di kampus, dan tidak sedikit pula yang menjunjung tinggi emosionalitas daripada rasionalitas. Nah, beda kan....
Yang perlu digarisbawahi adalah : Beda orang, beda otak, beda hati, beda pikiran, beda perasaan

Terserah dech, tapi yang pasti yang namanya "beda" itu tidak akan pernah selesai kalau mau dibahas, tergantung bagaimana cara kita menyikapi dan menghormati perbedaan itu.
Masalah pakai rasional atau emosional kan bergantung individunya masing-masing. Kalau dipaksakan harus nurut salah satunya ya kagak bakalan bisa.

Orang yang lebih suka romantisme macam aku tentu akan lebih mengedepankan masalah emosional meski tidak semuanya begitu, hanya saja banyak faktor yang menyebabkan aku cenderung pakai perasaan daripada otak.
Sudah deh, yang namanya beda ya beda. Pendapatku A ya A. Kalau kamu B ya sudah, itu kan hakmu, pilihanmu, yang pasti gak akan pernah berpengaruh terhadap pilihanku. Hehehehe ^^V

Yang namanya beda itu indah kan? Masa' rasional terus tanpa pakai emosional ? dan masa' pakai emosional tanpa rasional ? Santai saja, semua itu hidup berdampingan, saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lainnya.

Soal "menolak orang-orang yang mencemoohkan romantisme dan hanya dikendalikan oleh rasionalitas" jadi header soalnya isinya blog ku ini kan cuma puisi, cerpen, dan teman-temannya. Kagak ada yang namanya masalah politik, ekonomi, hukum, dll itu :D
Lalu, beda pendapat soal rasional emosional? boleh lah....yuk sharing bareng-bareng :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun