Mohon tunggu...
LILIS MARYATI
LILIS MARYATI Mohon Tunggu... Guru - seorang pendidik

Buat hidup lebih bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Dwi Mingguan Calon Guru Penggerak Modul 3.1

3 Mei 2023   09:07 Diperbarui: 4 Mei 2023   07:41 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN Lilis Maryati, S.H., S.Pd CGP Angkatan 7 Kota Cimahi


Pada kesempatan kali ini saya akan merefleksi dengan menggunakan model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013).


1. Mendeskripsikan (Reporting)
Selama pekan ini kami belajar mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Yang dipelajari cukup banyak, mengenai kasus dilema etika (pertentangan dua nilai kebenaran), mengenai kasus bujukan moral (pertentangan nilai benar dan salah). Kami juga mempelajari 4 paradigma dalam menyikapi kasus dilema etika, yaitu individu melawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek melawan jangka panjang.
Dalam membuat sebuah keputusan, harus mengutamakan keberpihakan pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan universal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ada 9 langkah panduan bagi kita untuk membuat sebuah keputusan, yaitu:
1) Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
2) Menentukan siapa yang terlibat
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
4) Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan)
5) Pengujian paradigma benar lawan salah
6) Melakukan prinsip resolusi
7) Investigasi opsi trilemma
8) Buat keputusan
9) Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Saat menerapkan langkah prinsip resolusi, kita harus memikirkan prinsip mana yang akan dipakai. Apakah berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, ataukah berpikir berbasis rasa peduli.
Selain mempelajari teori pengambilan keputusan, kami juga mempelajari studi kasus dilema etika. kami mempelajari secara mandiri maupun secara berkelompok dalam kegiatan ruang kolaborasi. Kami pun ditugaskan untuk melakukan wawancara dengan para kepala sekolah mengenai pengambilan keputusan terkait kasus dilema etika kemudian melakukan analisis berdasarkan ilmu yang telah dipelajari.


2. Merespon (Responding)
Yang menarik dari pembelajaran kali ini adalah tantangan yang diberikan, bagaimana kita mampu membuat sebuah keputusan berkaitan dengan kasus dilema etika. Sebelumnya kami tidak memiliki pemahaman terkait dengan cara pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang diambil cenderung memperhatikan kepentingan orang banyak, tidak dioerientasikan pada kebutuhan murid. Tetapi sekarang lebih terarah dan terstruktur, karena sudah memiliki ilmunya.


3. Mengaitkan (Relating)
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran maupun pemimpin di sekolah, kita dituntut untuk selalu menunjukkan keberpihakan kepada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi ajaran dari Ki Hajar Dewantara. Kemudian kita juga harus memiliki nilai-nilai kebajikan yang telah terinternalisasi dalam diri kita, sebagai penentu benar atau salah. Selain itu, kita harus juga memiliki pengelolaan sosial dan emosi yang baik. Dengan demikian keputusan yang akan kita hasilkan sesuai dan tepat.


4. Menganalisis (Reasoning)
Dalam situasi nyata, terkadang kita menemukan tekanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah dilema etika agar keputusan menguntungkan salah satu pihak. Selain itu, kita juga terkadang menemui tantangan lain ketika kesepahaman antara kedua belah pihak dalam menyikapi kasus dilema etika ternyata tidak terjalin. Hal-hal itu haruslah kita sikapi dengan bijaksana, dengan penguasaan diri yang kuat melalui penguasaan kompetensi sosial dan emosional yang baik.


5. Merancang ulang (Reconstructing)
Yang akan saya lakukan selanjutnya dalam menghadapi kasus dilema etika adalah dengan menerapkan langkah-langkah pembuatan keputusan, prinsip yang digunakan, dan utamanya adalah membuat keputusan yang berpihak pada murid. Selain itu, saya juga akan meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, agar keputusan yang saya ambil lebih obyektif dan lebih bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun