Dalam menghadapi arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi, perlu kiranya ada langkah-langkah untuk membentuk karakter manusia yang menjunjung prinsip dasar sebagai bangsa Indonesia.  Prinsip dasar tersebut terangkum dalam nilai-nilai pancasila, yang biasa diucapkan setiap hari Senin oleh siswa ketika melaksanakan upacara. Kemungkinan besar mereka mengenal bahkan hapal dengan teks pancasila, namun belum tentu dapat melaksanakan  nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi  dengan adanya kemajuan teknologi digital  sangat pesat dalam 20 tahun terakhir  yang dapat menjangkau ke seluruh penjuru dunia, baik di kampung maupun di kota, bahkan dapat masuk ke ruangan pribadi,  tersaji langsung tanpa permisi menembus dinding kamar anak-anak kesayangan orang tuanya, kecintaan nenek kakeknya, kebanggaan guru-gurunya. Tanpa ada yang membela dan melawan serta mengelak dari pengaruh buruknya, karena indah kata-kata dan hidup gambar yang disajikannya.  Informasi yang diserap terkadang menyebabkan semakin menjauhkan mereka dengan nilai-nilai yang ada dalam pancasila, apalagi jika tidak ada pengawasan dari orang tua.Â
Sangat miris dan prihatin melihat anak masih di bawah umur harus mengetahui hal yang belum waktunya, apa daya jika ditentang keinginannya malah yang terjadi adalah timbulnya perlawanan, renggangnya komunikasi dengan orang tua atau berlari ke rumah teman mencurahkan isi hati dengan alasan pengekangan, padahal karena terlambatnya pengendalian akibat kecanduan pemakaian gaway.
Ditambah lagi akibat yang ditimbulkan merambah ke berbagai aspek kehidupan seperti kurang bersosialisasi, lebih egois, kurang mandiri dan kreatif, karena segala yang dijanjikan dalam konten gawai bersifat instan.Â
Sebenarnya kemajuan teknologi digital adalah untuk mempermudah  penggunanya  dalam menjangkau ilmu pengetahuan, namun tujuan yang mulia itu masih banyak menyimpang dari yang sebenarnya.
Penyimpangan pemanfaatan teknologi digital ini antara lain disebabkan kurangnya pembinaan akhlak dan penerapan nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang terdapat dalam kelima sila dalam Pancasila.  Oleh karena itu upaya pemerintah untuk mengembalikan kembali nilai-nilai pancasila yang sudah mulai memudar akibat adanya kemajuan teknologi, adalah hadirnya  kurikulum merdeka dengan program P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang  merupakan salah satu sarana pencapaian profil pelajar pancasila.  Â
Harapannya  kegiatan ini  dapat mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.  Dengan adanya karakter baik yang ditanamkan tersebut pasti  dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan pengetahuan, sehingga kelak hadir di tengah masyarakat sebagai pribadi  yang  memiliki akhlak yang mulia dan dapat menyelesaikan masalah, bukan pribadi dengan akhlak dan moral yang merosot dan menimbulkan masalah.
Alasan mengapa kegiatan  P5 dapat mengembalikan karakter siswa sesuai dengan niali-nilai pancasila, karena dalam kegiatan P5 terdapat 6 Dimensi yang diusung dan dapat mewakili karakter asli dari bangsa Indonesia. Enam dimensi itu adalah, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.
Semoga kegiatan P5 dapat mengembalikan nilai-nilai luhur  bangsa Indonesia serta dapat mengatasi  krisis moral  dan akhlak yang dihadapi oleh generasi muda.
Bagi  para guru sebagai fasilitator semoga  selalu semangat dalam meramu modul ajar P5 yang disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga  dapat mengatasi tantangan  di era digital ini. Â
Semua kerja keras kita akan diberi pahala oleh Allah SWT. Â Aamiin....