Di jaman secanggih ini masih banyak wanita Indonesia yang tidak melakukan aktivitas sosial jika sudah memiliki pasangan atau pun menganggap bahwa dengan medsos merasa sudah cukup melakukan interaksi sosial, hal ini disebabkan oleh kesibukan baru yang menguras waktu dan tenaga,  padahal seiring berjalannya waktu kebahagiaan tidak hanya tercukupi  oleh materi, jiwa kita memerlukan makanan juga seperti  pengakuan eksistensi dan aktualisasi diri.Â
Artikel ini bukan mengajarkan supaya seorang wanita harus pergi ke luar rumah untuk bersosialisai atau mengaktualisasikan dirinya tanpa ijin dari pasangannya, namun hanya memberi saran bahwa di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga kita harus pandai mencari pergaulan positif yang dapat menambah ilmu pengetahuan, agar banyak inisiatif dalam memori kita untuk  menyelesaikan masalah yang sedang atau akan  dihadapi.
Seorang ibu muda yang memiliki bayi akan menghadapi permasalahan di sekitar perawatan bayi, ketika umur anak bertambah maka permasalahannya akan lebih kompleks, jika hanya berdiam diri dan tidak mau bergaul dengan komunitas yang positif, seolah-olah hanya kita yang menghadapi masalah tersebut, padahal semua orang pernah merasakannya. Apalagi bagi perantau yang jauh dari orang tua, wajib sekali memiliki komunitas sosial agar  mudah  bertanya  mengenai seluk beluk kehidupan yang baru dirasakannya.
Rintangan yang dihadapi dalam pergaulan kemasyarakatan adalah karena repot dalam menyajikan konsumsi, padahal jenis konsumsi tidak dipaksakan yang berlebihan, disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada teman yang memberikan konsumsi yang lebih mewah, itu karena lebih mampu dan ingin bersedekah.Â
Dengan adanya petemuan seminggu sekali atau sebulan sekali dapat mengurangi kebosanan sebagai ibu rumah tangga, apalagi jika pertemuannya itu diisi oleh hal-hal yang bermanfaat. Sungguh sangat disayangkan jika sebagai wanita hanya diam di rumah tanpa ada interaksi dengan dunia luar.
Ada yang memberi alasan mengapa tidak bisa keluar rumah, antara lain karena kesibukan mengurus rumah, tidak diijinkan oleh suami, anak masih kecil dan lain sebagainya. Semua itu dapat disiasati dengan cara  mengatur waktu dan komunikasi yang baik kepada suami.
Terima Kasih Sudah Membaca...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H