Mohon tunggu...
lilis herawati
lilis herawati Mohon Tunggu... Guru - guru ( Literasi ilmu dan menambah persahabatan)

Pengalaman adalah guru yang paling baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Cermin Perjuangan Hidupku (Hadiah Untuk Hari Ibu)

22 Desember 2022   10:21 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:43 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada kenangan terindah bersama ibuku semuanya indah, jadi aku ingin menceritakan bagaimana perjuangan ibuku dulu dari memori yang ada dalam ingatanku. Maksudnya adalah untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangannya dalam medidik dan membesarkan 10 putra dan putri yang dititipkan kepada ibu dan ayahku. Tentunya di sini peranan ayahku juga sangat besar, tanpa ayah tentu ibuku tak akan bisa kuat menghadapi semua cobaan dan tantangan dalam mendidik dan membesarkan kami. Karena kasih sayang ayahlah yang memberi energi terbesar bagi ibuku untuk belajar, beramal dan berkarya sepanjang hidup untuk membantu kami anak-anaknya meraih kesuksesan.

Ibuku adalah seorang wanita yang masih muda belia ketika menikah dengan ayah, seperti kebanyakan wanita pada jaman itu bahwa seorang wanita sangat menjaga kehormatannya, mereka tidak ada pergaulan di luar rumah kecuali bersama dengan keluarganya, ibuku tidak melanjutkan sekolah ke SMP karena pada saat itu jika sekolah terlalu tinggi menimbulkan stigma negatif dalam masyarakat sekitarnya. meskipun ibuku tidak sekolah formal, beliau tidak segan untuk belajar dari tetangga terdekat yang memiliki keahlian dalam menjahit dan memasak, sehingga itulah bekal ilmunya ketika mengarungi kehidupan berumah tangga.

Setiap anak yang lahir akan diberikan nama yang terbaik oleh ibu dan ayahku, namun nama-nama itu kadang tidak  dipakai ketika memanggil kami. Untuk yang perempuan dipanggilnya "ratu", untuk yang laki-laki dipanggilnya "raja".  Panggilan itu mungkin untuk menyamakan hati keduanya.

Kebiasaan yang tidak pernah aku lupakan dari ibuku adalah bahwa beliau selalu bangun lebih awal dan tidur paling akhir dibandingkan dengan anak-anaknya.  Setiap pagi selalu sudah tersedia teh hangat dan  makanan untuk kami sarapan meskipun sederhana, entah bangun jam berapa ibuku , tungku dapur yang bahan bakarnya dari kayu itu sudah menyala sempurna, dapur rumah kami pun sudah terang dengan api tungku, aku yakin itu semua perlu proses hingga bisa seperti itu. Selama kami sekolah tidak pernah berangkat dengan perut lapar, sehingga kami bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

Ibuku tidak pernah belajar psikologi remaja, tapi ibuku tahu bagaimana memperlakukan aku saat aku menginjak remaja. Ibuku tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang mencurigai aku berbuat tak baik di luar rumah, ia selalu percaya padaku, dan itu adalah energi untukku melakukan yang terbaik untuknya. Ketika aku berbuat salah aku akan dinasehati di dalam bilik kamarnya dengan suara pelan dan kasih sayang, sehingga hingga saat ini kehormatanku sebagai seorang kakak tidak pernah jatuh.

Kenangan yang terunik bagiku adalah bahwa ibuku memiliki keberanian untuk berorganisasi  dalam  masyarakat dan memberdayakan ekonomi keluarga.  Memang sejak aku kecil sudah banyak tetangga yang anaknya belajar mengaji ke rumah, tapi ketika aku dengar ibuku menjadi ketua pengajian desa kami rasaya...aneh begitu, dari mana ia belajar bicaranya dan ilmu yang disampaikan meskipun sedikit harus tertata dan jelas. Telisik punya usik rupanya ayahku yang mengajarinya.  Alhamdulillaah aku bangga sekali dengan keduanya.

Dalam hal memberdayakan ekonomi keluarga aku juga punya pengalaman unik, tak disangka suatu ketika ada orang datang ke rumah, ternyata ia orang dari bank. Maksudnya akan melakukan observasi tentang pinjaman yang diajukan ibuku, saat itu memang aku sudah merantau ke tempat lain jauh dari rumah ibuku, sehingga aktifitas ibuku sehari-hari tidak bisa aku ketahui lagi. Aku bertanya kepadanya untuk apa pinjam uang nanti bayarnya bagaimana.  Ibuku menjawab bahwa uangnya untuk membeli mobil, supaya ketika mengangkut barang-barang furniture dari toko tidak repot lagi. Aku hanya terbengong dengan jawaban itu, ya sudahlah nanti kita bantu patungan dari anak-anaknya dan lagi keputusan layak tidaknya pinjaman ada di pihak bank itu sendiri.

Hal yang sangat mencengangkan adalah ketika ibuku mengeluarkan buku catatan hutang piutang orang dari tahun ke tahun dengan sangat rinci dan jelas, aku tuh sampai godek-godek dibuatnya. Rajinnya ibuku mencatat, ada yang kredit setrikaan, kulkas, tv dan lain-lain, semuanya terinci tanggal dan bulannya serta jumlahnya. Saat itu belum ada google yang bisa dipakai otodidak, iya beliau belajar juga ya ...dari orang lain. Akhirnya pihak bank mengabulkan permohonan ibuku, sekarang mobil itu sudah menjadi milik ibuku karena kredit ke banknya sudah lunas.

Aku berharap semoga ibuku selalu diberikan kesehatan dan panjang umur, serta semangatnya dalam berusaha mendidik anak-anaknya juga akan menjadi semangatku mendidik anak-anakku. Aamiin...

Selamat Hari Ibu untuk Semua Ibu di Dunia....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun