Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (14)

7 Januari 2023   06:45 Diperbarui: 7 Januari 2023   06:44 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selasa, 20 Desember 2022, pukul 10.30 WAS, kami sudah memulai perjalanan meninggalkan Kota Madinah. Muthawwif memimpin kami membaca do'a meninggalkan Kota Madinah, yang artinya: "Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salawat, dan salam kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya dan janganlah menjadikan kunjungan ini kunjungan akhir kedatanganku kepada Nabi-Mu. Hapuskanlah segala dosaku dengan menziarahinya dan sertakan keselamatan dalam perjalananku serta mudahkanlah kepulanganku ini menuju keluargaku dan tanah airku dengan selamat. Wahai Tuhanku Yang Maha Pengasih dari segala yang pengsih."    

Sepanjang jalan muthawwif mengajak kami bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Rupanya sisa air mata masih ada, tetap berlinang air mata sehingga menghalangi pendangan. Seakan tidak terlihat adanya pemandangan indah di sepanjang jalan menuju bandara. Tangis yang tersedu sulit mereda walau tak bersuara. Tak bisa ditahan rasa haru bangga dan sedih campur aduk. Bahagia dan sedih memenuhi relung hati. Perpisahan yang tiada tara. Hati sudah mulai suka dan betah tinggal di Tanah Suci. Merasakan ketenangan dan kedamaian yang membuat aktivitas ibadah jauh lebih bisa dinikmati kekhusyuan dan keindahannya.

Ternyata perjalanan menuju Bandara Prince Amir Muhammad Madinah dapat ditempuh dengan waktu yang sangat singkat. Tiga puluh menit saja kami sudah sampai di Bandara tersebut.

Setelah melewati pintu gerbangnya Bandara Prince Amir Muhammad di Madinah, kami transit di Room 5. Ruang itu seperti ruang kecil saja, tetapi Ketika masuk ke dalamnya, lumayan luas juga. Kami di sana diarahkan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan. Di ruang itu, kami bertemu kembali dengan rombongan umroh dari Malika, seperti waktu kami mau berangkat, bareng sama Malika. Sekarang sama-sama akan pulang ke Indonesia, mereka ke Cirebon, sedangkan kami ke Cilegon.

Sedang asyik kami menikmati susana ruang baru, tiba-tiba muthawwif datang dengan dua stroller besar berisi air jamjam dan tiga kantong kresek besar berisi jatah makan siang kami.

"Bapak dan Ibu, ini saya akan membagikan tiket dan jatah makan. Tolong diperhatikan, yang dipanggil mohon untuk ke depan ya." kata Pak Ustad Rohmat, muthawwif kami dengan suara lebih nyaring.

"Siap, Pak Ustad!" Jemaah serempak menjawab.

Setelah selesai dibagi tiket dan jatah makan, kami disarankan untuk makan terlebih dahulu sambil menunggu pengurusan tiket pesawat. Tidak berpikir lama, kami langsung melahap habis makan yang dibagikan tadi. Menunya lumayan enak. Nasi putih, telor balado dan daging rendang ala Madinah. Dan sedikit sayuran. Rata-rata makan siangnya tak tersisa. Entah karena enak sama seperti pendapat saya atau memang kelaparan ataukah porsinya yang kurang banyak. Entahlah, pokonya habis.

Selesai makan kami disilakan untuk melaksanakan salat, duhur dan ashar dengan jama' takdim ashar ditarik maju ke duhur.

Di dalam ruangan itu ada mushala. Dan ternyata ruangan yang dikira kecil itu, punya mushala yang lumayan luasnya. Setelah salat, sambil menunggu waktu keberangkatan, kami beristirahat di dalam mushala. Sedikit merebahkan tubuh, supaya agak lurus, tidak ditekuk terus. Ya, sedikit rileks lah. Dan apa yang terjadi, saya bangun hampir setengah loncat, kaget. Saya merasa sudah ditinggalkan rombongan. "Woalah, ternyata saya cuma mimpi. Rupanya merebahkan tubuh itu, ternyata bulu mata juga ikut rebah. Malu rasanya." Akhirnya geerrrr semua pada tertawa, mentertawakan kelucuan saya. Untugnya, hanya perempuan saja yang tahu. "Pengalaman yang sangat memalukan itu ya." gerutuku dalam hati.

Alhamdulillah, tidak lama kami dipanggil untuk bersiap-siap menuju ruang imigrasi. Dengan dibimbing Pak Ustad Rohmat yang dibantu seseorang yang dari tadi sibuk menyiapkan makan kami, serta air jamjam, membantu mengarahkan ke jalur yang akan dilalui menuju ruang imigrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun