Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (14)

7 Januari 2023   06:45 Diperbarui: 7 Januari 2023   06:44 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di ruang imigrasi kami selalu dibiasakan memasuki jalur antrean yang dibatasi dangan tali seperti 'policeline'. Dengan rasa berdebar, degdegan khawatir ada kejadian yang tidak diinginkan. Tapi alhamdulillah, semua Jemaah dengan barang bawaannya aman dari diteksi Xray. Kemudian semuanya menuju gate 112. Di situ ruang boarding pass kami, gate 112 zona 3.

Dhuhur dan ashar sudah kami laksanakan, tinggal menungku keberangkatan. Di ruang tersebut kami memilih tempat duduk yang dirasa nyaman. Waktu masih banyak untuk sampai ke pukul 17.35 WAS. Ada kemunduran jam keberangkaran, semula pukul 16.35 WAS bergeser mundur ke pukul 17.35 WAS. Delay satu jam. 

Sekitar pukul 16.30 WAS, pintu masuk sudah mulai dipenuhi crew dari pesawat yang akan kami tumpangi. Ada pramugari dan pilot. Sekitar sepuluh orang semuanya. Mereka langsung dipersilakan masuk, dan setelah jeda beberapa lama rombongan penumpang  dipersilakan masuk, diabsen berdasarkan zonanya.  Zona satu terlebih dahulu dipanggil, kemudian dilanjutkan dengan zona dua, dan terakhir kami yang bertiket zona tiga.

Ketika sampai di dalam pesawat, ternyata tempat duduk kami berbeda dengan waktu keberangkatan. Beberapa pasangan suami istri ternyata terpisah karena nomor kursi yang berbeda jauh, bukan nomor lanjutan. Loncat-loncat. Sehingga di antara kami ada yang merasa tidak nyaman, diminta untuk bersabar dulu sampai semuanya duduk dulu sesuai nomor kursi.

Setelah semua duduk, pramugari mengumukan bahwa yang berpasangan dipersilakan untuk bertukar tempat dengan yang lain agar kursinya bisa berdekatan. Akhirnya, kami mulai bertukar tempat, dan tidak memerlukan waktu lama, karena yang nomornya ada sangkutan sama yang pasangan suami istri dengan kerelaan hati bertukar tempat tanpa keributan yang berarti. Alhamdulillah semuanya jadi nyaman. Semoga diberi kelancaran dalam perjalanan dari mulai berangkat sampai tujuan. Aamiin YRA.

Di dalam pesawat yang sudah aman dan tenang, dengan lamanya terbang sembilan jam ini, berbagai aktivitas mulai bergerak. Pertama dibagi storage pack kecil yang berisi sikat dan pasta giginya, kaoskaki, penutup mata, penutup telinga atau headset agar tidak terganggu.

Take off pesawat lancar tanpa kendala sedikit pun. Kami yang sudah siap dengan headsetnya, tidak merasakan gangguan apa pun di telinga atau di bagian jidat. Semua terasa biasa-biasa saja. Seperti menaiki kendaraan bis atau mobil pribadi di darat. Hanya sedikit guncangan saja yang tidak memberikan arti apa-apa, dan penerbangan kembali normal.

Setelah itu tibalah waktunya pembagian makan malam seperti nasi goreng, nasi mandi/kebuli, dan nasi putih dan ayam. Selang beberapa waktu, kami ditawari lagi makanan cemilan seperti roti dan teman-temannya, minuman joice dan lain-lainnya, bahkan ada juga kopi arab. Ternyata rasanya pahit, sepahit hidupku. Tidak pahit sih, kalau ditemani kurma, memang pasangan kopi arab sebanyak satu sloki jamjam yang memang sengaja dipadukannya dengan satu buah kurma. Alhasil rasanya jadi manis seperti manisnya kopi Indonesia. Kalau minum kopinya saja memang pahit. Jadi menambah wawasan. Alhamdulillah.  

Mungkin karena sudah makan berat dan cemilan, jadi matanya ikut berat. Bulu mata sudah tak sanggup diangkat ke atas. Maka sepilah sudah ruangan penumpang ini. Kebetulan lampunya juga sudah dipadamkan, gelaplah sudah. Paham, itu perintah agar kami segera beristirahat. Mulailah tutup mata pembagian, digunakan. Ruangan sudah berubah sunyi. Suara yang muncul bukan suara-suara orang sedang ngobrol, tetapi suara-suara orang yang tidur nyenyak karena kekenyangan dan kecapaian.

Pukul 04.00 WIB, saya terbangun. Melihat keterangan di layar monitor yang ada di belakang kursi, pesawat kami sudah memasuki wilayah Aceh. Dan keterangan dua jam lagi akan sampai di Jakarta. Kalau melihat waktu, kebetulan masih bisa melaksanakan salat sunnah tahajud, dengan tanpa wudhu, berarti salat sunnah pihurmatin waktu. Kemudian saya mengucapkan niat salat sunnah Tahajud dengan tambahan pihurmatin waktu. Dua rakaat saja. Selesai salat, saya tidak bisa tidur lagi. Terus memonitor pergerakan pesawat, penasaran pengen tahu, apakah betul sampai Jakarta dua jam lagi?

Ketika waktu menunjukkan pukul 04.15, saya melaksanakan salat sunnah fajar pihurmatin waktu, sama dua rakaat. Setelah itu, saya  melaksanakan salat subuh pihurmatin waktu. Selesai sudah kegiatan salat, kemudian dilanjutkan dengan memonitor lagi pergerakan pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun