Mohon tunggu...
Lilis Andarwati
Lilis Andarwati Mohon Tunggu... Guru - Lifelong learning by teaching students.

Siapa yang berbuat baik maka akan mendapatkan kebaikan itu dan siapa yang berbuat buruk maka akan mendapatkan keburukan itu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solusi Paling Top untuk Membangun Bangsa

28 Desember 2022   10:13 Diperbarui: 12 Januari 2023   09:30 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Lilis Andarwati

Mencoba bercermin dari sejarah perjuangan Bung Karno melalui pidatonya dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada Tanggal 1 Juni 1945 di Jakarta. Saya kutip dari buku "penggali Pancasila dan proklamator",  Paguyuban rukun Ex Tentara pelajar/TNI DET II Brig.17, 2001:

"Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya. Banyak pikiran yang telah dikemukakan, macam-macam, tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, Ki Bagoes Hadikusumo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu "weltanschauung" yang kita semua setuju."

"Pertama-tama saudara-saudara, saya bertanya: apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?, mendirikan Negara Indonesia yang namanya saja Indonesia merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan bangsawan?. Apakah maksud kita begitu?. Sudah tentu tidak. Kita hendak mendirikan suatu Negara "semua buat semua", maka dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia ialah Dasar kebangsaan".

Hal ini sesuai dengan kondisi nyata Indonesia sekarang, aksi radikal tumbuh dimana-mana, aksi teror bermunculan disela-sela ramainya Indonesia. Sebagian golongan mencoba untuk menerobos masuk kedalam sendi-sendi pemerintahan Negeri ini untuk memporak-porandakan ideologi bangsa, mengoyak-oyak Pancasila, bahkan terorisme akhir-akhir ini banyak memanfaatkan feminisme perempuan untuk melakukan aksi terburuknya. Sebagaimana terjadi pada 25 Oktober 2022, seorang perempuan ditetapkan sebagai tersangka akan melakukan kekerasan karena mencoba menerobos masuk ke Istana Negara, Jakarta, dengan membawa pistol.

Faktor penyebab dari tindakan-tindakan mengerikan diatas diantaranya minimnya kepemilikan Kebangsaan ini, bahwa sesungguhnya bangsa ini adalah milik bersama bukan hanya golongan. Minimnya rasa toleransi, bahwa sesungguhnya jikalau kita saling menghargai satu sama lain tidak akan ada yang namanya kekerasan.

Maka dari itu penting adanya upaya penyelesaian terhadap tindakan-tindakan diatas untuk membangun kembali bangsa ini. Dalam membangun bangsa, perlu adanya musyawaroh, kebersamaan dalam melakukan perbuatan untuk mencapai hasil bagi semuanya, "dari kita semua untuk kita semua". Sebab syarat bangsa menurut Renan ialah kehendak akan bersatu, perlu penduduknya merasa ingin bersatu dan berkehendak ingin bersatu. Jadi yang menjadi bangsa yaitu gerombolan penduduk yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.

Disini  Saya menawarkan solusi untuk membangun Bangsa ini melalui aksi nyata Guru, Dosen dan Kyai pada elemen pendidikan sekolah baik dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi serta pesantren, memberikan penyuluhan dan penguatan agama kepada perempuan-perempuan Indonesia, dan melatih diri sendiri untuk menanamkan rasa moderat, rasa kekeluargaan dan satu tanah air, bukan kita berpedoman kepada segala bentuk perbedaan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun