Mohon tunggu...
Lilis mutiara
Lilis mutiara Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Saya hobi bermain volli

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menekankan Pentingnya Interaksi Sosial dan Budaya dalam Pembelajaran dan Perkembangan Kognitif Anak

25 Oktober 2024   09:53 Diperbarui: 4 November 2024   09:28 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Interaksi sosial dan budaya memiliki peranan krusial dalam pembelajaran dan perkembangan kognitif anak. Melalui interaksi dengan orang lain, anak belajar bahasa, norma sosial, dan cara berpikir kritis.

1. **Pembelajaran Kontekstual**: Anak dapat memahami konsep yang diajarkan dalam konteks kehidupan sehari-hari, yang membuat pembelajaran lebih bermakna.

2. **Keterampilan Sosial**: Interaksi membantu anak mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, empati, dan resolusi konflik, yang penting untuk hubungan interpersonal yang sehat.

3. **Beragam Perspektif**: Menghadapi berbagai pandangan budaya memperluas cara pandang anak terhadap dunia, meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.

4. **Dukungan Emosional**: Hubungan sosial yang kuat menyediakan dukungan emosional yang membantu anak menghadapi tantangan, meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri.

Dengan demikian, menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi sosial dan budaya sangat penting bagi perkembangan holistik anak."menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya...

ejournal.upi.edu

Pengembangan pembelajaran dengan menekankan budaya lokal pada pendidikan anak usia dini 

Anak usia dini merupakan kelompok anak pada rentang usia 0 sampai 8 tahun, adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat mendasar bagi kehidupan selanjutnya. Pada rentang usia ini potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age. Pada masa ini anak diberi rangsangan pendidikan dengan cara bermain sambil belajar. Permainan yang diterapkan sebaiknya menekankan pada budaya lokal daerah setempat, agar dapat melestarikan dan memupuk rasa cinta terhadap budaya sendiri. Melalui bermain anak beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan, mereka mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini yaitu,“anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, control diri dan rasa memiliki”.Perkembangan kognitif sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengeksplor dirinya, karena berkaitan dengan pikiran sadar seorang anak. Piaget dan Vygotsky memperkenalkan sejumlah ide dan konsepnya untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya. Piaget meyakini bahwa anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Piaget menjelaskan tahapan perkembangan kognitif anak berdasarkan usianya. Berbeda dengan Vygotsky yang meyakini anak mampu belajar dengan baik jika terus bersosialisasi dan butuh bantuan orang yang lebih ahli untuk mengembangkan pengetahuan anak. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah mampu mengoptimalkan potensi anak dengan sebaik mungkin. Maka dari itu, sebagai guru perlu mengetahui secara pasti potensi tiap anak dan mengetahui kemampuan berpikir anak. Penerapan teori Piaget dan Vygotsky dalam pembelajaran, keduanya sama-sama menyetujui bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan pembimbing, metode belajar yang digunakan lebih berfokus pada anak sehingga potensi anak dan cara berpikir anak dapat berkembang dengan baik.Perkembangan kognitif sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengeksplor dirinya, karena berkaitan dengan pikiran sadar seorang anak. Piaget dan Vygotsky memperkenalkan sejumlah ide dan konsepnya unntuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya. Piaget meyakini bahwa anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Piaget menjelaskan tahapan perkembangan kognitif anak berdasarkan usianya. Berbeda dengan Vygotsky yang meyakini anak mampu belajar dengan baik jika terus bersosialisasi dan butuh bantuan orang yang lebih ahli untuk mengembangkan pengetahuan anak. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah mampu mengoptimalkan potensi anak dengan sebaik mungkin. Maka dari itu, sebagai guru perlu mengetahui secara pasti potensi tiap anak dan mengetahui kemampuan berpikir anak. Penerapan teori Piaget dan Vygotsky dalam pembelajaran, keduanya sama-sama menyetujui bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan pembimbing, metode belajar yang digunakan lebih berfokus pada anak sehingga potensi anak dan cara berpikir anak dapat berkembang dengan baik.Permainan tradisional merupakan permainan turun menurun dari nenek moyang akan tetapi permainan tradisonal sudah tersisihkan dikarenakan di zaman era modern penggunaan teknelogi sangat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Teknelogi yang selalu digunakan untuk komunikasi yaitu handphone. Handphone biasanya digunakan oleh anak-anak untuk bermain game online karena anak-anak bisa bermain game online di mana saja dan kapan pun, yang mengakibatkan anak-anak tidak bermain dengan teman sebayanya karena sudah asik dan fokus dengan game online yang ada di handphone. Di zaman era modern anak-anak kurang interaksi sosial di lingkungan sekitar yang mengakibatkan anak-anak memiliki rasa kurang percaya diri, menyendiri, dan pemalu diakibatkan oleh game oline yang ada di handphone dan kurang pembatasan waktu bermain game online oleh orang tua. Cara menanamkan nilai-nilai karakter budaya untuk siswa dengan melalui permainan tradisional karena permainan tradisional dapat membentuk jiwa berkerja sama, gotong royong, disiplin, dan tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian studi literatur. Peneliti sudah menganalisis permainan tradisonal bisa memiliki nilai-nilai karakter budaya untuk siswa SD seperti: kemampuan sosial, etika dan moral, kemampuan emosional, dan penguatan identitas budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun