Mohon tunggu...
LILI NUR INDAH SARI
LILI NUR INDAH SARI Mohon Tunggu... -

Public Health Student, University of Indonesia. My Passion is writing. Let it flow here.

Selanjutnya

Tutup

Money

“Lima Alasan Utama yang Melandasi Pentingnya Profesionalitas Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit untuk Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan”

29 Maret 2012   23:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:17 3705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1333064531617016119

Di Indonesia, rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi setiap pasiennya (seterusnya akan disebut sebagai klien). Pelayanan kesehatan yang komprehensif adalah berbagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai kebutuhan pasien. Salah satu disiplin ilmu yang berperan dalam memberikan pelayanan kepada klien adalah tim keperawatan. Disebut tim keperawatan oleh karena seorang tenaga perawat tidak dapat secara mandiri melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada seorang pasien dengan spesifikasi penyakit tertentu, melainkan butuh kerjasama dari tenaga perawat yang lain. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tim keperawatan merupakan garda terdepan untuk tercapainya kepuasaan klien terhadap kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit. Hal ini dikarenakan, tim keperawatan melakukan pelayanan keperawatan (atau disebut asuhan keperawatan) selama 24 jam secara terus menerus terhadap klien. Menimbang pentingnya peranan tenaga tim keperawatan di rumah sakit untuk mewujudkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien, maka dibutuhkan sosok pemimpin atau manager yang profesional dalam lingkup keperawatan ini yang disebut manager keperawatan rumah sakit. Posisi sebagai manager keperawatan merupakan salah satu posisi yang cukup berat di rumah sakit oleh karena berkenaan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang amat besar, yaitu tenaga perawat yang akan melakukan asuhan keperawatan kepada setiap klien di rumah sakit. Disamping fungsi utamanya adalah untuk mewujudkan pelaksanaaan asuhan keperawatan klien yang cepat dan tepat, terdapat lima alasan utama lain yang melandasi pentingnya profesionalitas manajemen keperawatan di rumah sakit untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan

Pertama, Perawat merupakan SDM Kesehatan terbesar yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan di rumah sakit. Dibandingkan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, seperti tenaga dokter, paramedis, sanitarian, administrasi dan lainnya, tenaga perawat mempunyai proporsi tenaga terbesar penunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Misalnya, untuk rumah sakit tipe D saja yang memiliki sekitar 50 tempat tidur harus memiliki setidaknya 33 perawat dengan rasio perbandingan antara perawat dan klien adalah 2:3. Menimbang besarnya tenaga perawat yang dibutuhkan di rumah sakit, oleh karena itu dibutuhkan peran seorang manager keperawatan untuk mengatur atau me manage sejumlah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan sehari-hari. Salah satu poin penting yang harus dicapai oleh seorang manager keperawatan yang secara tidak langsung bertindak juga sebagai manager SDM adalah menempatkan “the right man on the right place”. Pelayanan jasa di rumah sakit berbeda dengan pelayanan jasa industri lainnya. Objek utama jasanya adalah manusia yang dalam kondisi sakit (klien). Setiap klien yang melakukan perawatan untuk pemulihan kesehatan di rumah sakit pasti berharap mendapat kualitas pelayanan yang maksimal dan cepat pulih dari keadaannya. Ujung tombak tercapainya hal itu ada pada asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga perawat. Seorang manager keperawatan dituntut untuk mampu menggunakan metode asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan lingkungan kerjanya di rumah sakit. begitu pula dalam hal menempatkan tenaga perawat di berbagai ruang perawatan di rumah sakit. Misalnya, penempatan tenaga perawat untuk ruang perawatan anak, ibu bersalin, kamar operasi, VIP dan lain sebagainya harus disertai dengan kualifikasi-kualifikasi tertentu sehingga tepat sasaran. Oleh karena mengelola SDM terbesar, seorang manager keperawatan seyogyanya adalah orang yang sangat komunikatif dan mampu melakukan supervisi dengan baik agar pelayanan asuhan keperawatan berlangsung tepat guna dan tepat sasaran.

Kedua, Dewasa ini, ketenagaan perawat dirumah sakit tidak hanya minim dan terbatas secara kuantitas tetapi juga secara kualitas serta persebaran yang tidak merata di rumah sakit-rumah sakit di seluruh Indonesia. Meskipun merupakan SDM kesehatan terbesar dirumah sakit, namun bukan berarti jumlahnya sudah mencukupi sesuai standar yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Berdasarkan pernyataan Direktur Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Kementerian Kesehatan RI dalam harian Kompas Mei 2011 yang lalu, bahwasanya di Indonesia hingga sekarang masih mengalami kekurangan tenaga kesehatan, khususnya tenaga perawat. Ditambahkan pula, bahwasanya ketenagaan perawat yang ada saat ini tidak hanya minim secara kuantitas, tetapi juga kualitas. Berdasarkan harian online Tribun Pontianak, 11 Februari 2012 lalu, idealnya, rasio perbandingan antara jumlah perawat dan pasien di Indonesia adalah 1:4.000, namun kenyataan saat ini satu perawat bisa melayani 10.000 pasien bahkan lebih. Itu artinya, beban perawat di Indonesia sangat tinggi. Sebagian besar tenaga perawat di rumah sakit dituntut untuk melakukan pekerjaan yang bukan pekerjaannya. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan perawat terhadap pasien. Selain itu juga berdampak stress pada perawat. Oleh karena keterbatasan tenaga perawat inilah, peran seorang manager keperawatan sangat besar untuk mampu mengelola tenaga perawat yang ada untuk dapat tetap memberikan pelayanan yang maksimal terhadap klien. Pembagian shift kerja yang berimbang dan insentif bagi tenaga perawat yang bekerja diluar job description-nya merupakan beberapa langkah yang dapat diupayakan agar para tenaga perawat tetap dapat memberikan pelayanan maksimal terhadap klien sehingga klien puas dan dapat menghargai kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Disamping masalah kuantitas, dilema rendahnya kualitas tenaga perawat juga merupakan hal yang mengkhawatirkan terhadap mutu dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Berdasarkan Kompas, Juni 2011, tercatat baru sekitar 2.6 persen (kurang lebih 13,000 perawat) dari keseluruhan tenaga perawat di Indonesia yang sudah tersertifikasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi manajer keperawatan dalam hal mengelola tenaga perawat yang terbatas namun juga berkualitas rendah. Upaya pengkomunikasian “learning by doing” kepada segenap tenaga perawat merupakan langkah awal untuk dapat meningkatkan kualitas layanan perawat disamping mengadakan pelatihan-pelatihan penunjang lainnya.

Ketiga, Di Indonesia, tedapat berbagai  variasi jenjang pendidikan tenaga perawat yang menyebabkan munculnya variasi kualitas tenaga perawat. Diantaranya terdapat akademi keperawatan yang melahirkan lulusan D3 keperawatan, ada pula S1 keperawatan, Nurse dan lainnya. Pemahaman seorang manager keperawatan tentang kualifikasi tenaga perawat yang praktek di lingkungan kerja rumah sakit penting dalam hal penentuan metode atau sistem asuhan keperawatan yang cocok untuk rumah sakit yang bersangkutan. Misalnya dengan menggunakan metode fungsional dalam sistem asuhan keperawatannya. Hal ini mengindikasikan bahwasanya kemaampuan tenaga perawat di rumah sakit tersebut spesifik pada kegiatan/ fungsi khusus. Beda halnya apabila menggunakan metode kasus – total care, artinya setiap perawat harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada shif dinas tertentu. Penilaian terakhir mengenai kesesuaian penggunaan metode asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh manajer keperawatan adalah pada klien yang merasakan dampak dari perawatan tersebut. Oleh karena itu, menggunakan metode asuhan keperawatan yang tepat sangat mendukung tercapainya kepuasan layanan keperawatan bagi klien.

Keempat, Tingginya peran tenaga perawat untuk mewujudkan patient safety di rumah sakit sebagai salah satu upaya rumah sakit meraih akreditasi baik untuk tingkat nasional maupun internasional. Salah satu yang menjadi alasan bagi calon klien dalam hal memilih rumah sakit adalah status akreditasi rumah sakit tersebut, sudah atau belum akreditasi. Sebuah rumah sakit yang berstatus akreditasi baik secara nasional dan internasional berarti telah memenuhi beberapa standar kriteria mutu pelayanan kesehatan yang ditetapkan. Salah satu indikator utama mut pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah terkait keselamatan pasien (patient safety). Rendahnya angka kecelakaan pada klien di rumah sakit menandakan bahwasanya mutu pelayanan kesehatannya sudah baik dan memenuhi standar. Setiap calon klien rumah sakit tentunya mengharapkan ketika melakukan pengobatan dan perawatan untuk kesembuhan di rumah sakit adalah pulang dengan segera dalam kondisi sehat. Namun, tak jarang dijumpai seorang klien rumah sakit yang memiliki hari rawat yang cukup lama bukan disebabkan oleh karena penyakitnya yang memang parah melainkan karena cidera dan infeksi tambahan yang didapatkan oleh klien di rumah sakit ketika masa perawatan. Oleh karena itu, peran tenaga perawat yang melakukan kontak intensif dengan pasien selama 24 jam secara terus menerus sangat penting, terutama untuk menghindari kemungkinan terjadinya  infeksi nosokomial oleh tenaga perawat ke klien misal, melalui jarum suntik dan juga  kejadian kecelakaan lainnya akibat kelalaian dari tenaga perawat yang dapat membahayakan klien. Dalam hal ini, manajer keperawatan harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai safety kepada seluruh tenaga perawat. Dibutuhkan adanya Standart Operating Procedure (SOP) untuk setiap kegiatan atau aktivitas perawat ke klien. Gunanya untuk mencegah terjadinya risiko cidera pada pasien dan kejadian tidak diinginkan lainnya.

Terakhir, Era globalisasi dan persaingan pasar bebas tenaga kerja menyebabkan kompetisi antar rumah sakit semakin besar untuk mendapatkan kepuasan tertinggi dari pasien. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya arus globalisasi dan persaingan pasar bebas di tahun mendatang menjadi stimulus yang sangat kuat bagi para pimpinan rumah sakit termasuk manager bagian keperawatan untuk berpacu memenuhi kebutuhan pasar kesehatan saat ini. Salah satu ciri era globalisasi adalah kemajuan dalam hal penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta penggunaan bahasa inggris dalam berinteraksi satu sama lain. Penguasaan terhadap dua hal tesebut merupakan tantangan bagi dunia keperawatan di Indonesia agar dapat bersaing guna di kancah internasional. Upaya yang sampai sekarang sudah dilakukan adalah dengan melakukan pengiriman tenaga perawat Indonesia ke berbagai negara yang kekurangan tenaga perawat. Salah satu tujuannya adalah agar perawat Indonesia terpapar oleh penggunaan teknologi keperawatan di negara tujuan yang bersangkutan. Sehingga pada akhirnya memiliki kemampuan untuk menggunakannya. Dan kemudian membagi ilmunya untuk tenaga perawat di Indonesia.

Jadi, berdasarkan uraian di atas. Menurut saya, sebuah rumah sakit yang layanan utamanya adalah ditujukan bagi pasien atau klien. Maka peran sentral untuk mewujudkan kepuasan bagi pasien terutama untuk kulaitas pelayanan keperawatannya adalah bertumpu pada keprofesionalitasan tenaga perawat. Dengan berbagai kendala dan tantangan untuk kinerja seorang tenaga perawat di rumah sakit, maka diperlukan manajemen keperawatan yang profesional pula. Artinya seorang manager keperawatan RS harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan pasien dan meningkatnya mutu layanan rumah sakit melalui kegiatan-kegaitan yang dilakukan oleh tenaga perawat terhadap klien setiap harinya.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/ MENKES/PER/III/2010

HealthKompas.com. “Sebaran Tak Merata, Kualitas Masih Rendah.” Terbit pada Sabtu, 7 Mei 2011 04:46 WIB

Tribun Pontianak. “1 Perawat Tangani 10.000 Pasien.” Terbit pada Sabtu, 11 Februari 2012 17:57 WIB available at www.pontianak.tribunnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun