Saat kita sedang ada masalah, biasanya kita akan merasa lemah, dan masalah itu terasa besar. Disanalah sebenarnya kuncinya. Disaat kita merasa lemah, maka otomatis masalah akan terlihat besar, tetapi di saat kita merasa kuat, maka masalah akan terasa lebih kecil dan mudah diatasi.
Semua tergantung dari bagaimana kita memandang kekuatan diri kita dalam menghadapi masalah tersebut.
Raka, seorang pemuda di desa, terpuruk ketika badai menghancurkan kebun keluarganya, satu-satunya sumber penghidupan mereka. Masalah itu membuatnya merasa kecil dan lemah. Namun, ia teringat kisah Daud yang tetap mengikuti jalan Tuhan di tengah kesulitan.
Alih-alih menyerah, Raka memutuskan untuk berusaha memperbaiki kebunnya tanpa menghalalkan cara curang. Setiap hari, ia bekerja keras, berdoa, dan tetap optimis.
Hari demi hari, sedikit demi sedikit, kebunnya mulai pulih. Tanaman baru mulai tumbuh, dan meskipun hasilnya tidak sebesar sebelumnya, Raka merasa lebih kuat. Di balik usahanya, Raka merasakan kedamaian, sesuatu yang tidak ia temukan ketika masih merasa lemah dan putus asa.
Pada akhirnya, meskipun Raka tidak mendapatkan hasil panen seperti yang diharapkan (masalah masih ada), ia berhasil menjaga kebunnya tetap hidup. Dia mengalami kemajuan dengan tetap menjaga harapan dan sikap yang benar.
Ada beberapa poin yang dapat kita pelajari dari Daud (Mazmur 18):
1. Dia tetap mengikuti jalan Tuhan. Meski masalah itu tetap ada, tetapi dengan mengikuti jalan Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan dan pencerahan untuk solusi dari masalah tersebut.
Sedangkan bila kita meninggalkan jalan Tuhan saat terjadi masalah, maka yang ada adalah kita semakin galau dan merasa semua beban dan tanggung jawab ada di diri kita seorang, dimana semakin melemahkan diri kita.
2. Tidak berlaku fasik (kejahatan) ataupun menjaga diri terhadap kesalahan. Tanpa kita berlaku salah dan melakukan kejahatan saja, masalah sudah ada. Apalagi dengan melakukan kejahatan dan kesalahan baru, yang ada, masalah semakin banyak, besar dan rumit.