Disaat hidup kita lesu, maka segala sesuatu juga terlihat lesu dan suram.
Seperti saat kita mengenakan kacamata hitam, maka segala sesuatu juga terlihat lebih hitam dan redup. Demikian halnya disaat kita lesu, kita menaruh "layer hitam" di cara pandang kita terhadap benda, orang maupun situasi/kondisi.
Kita menaruh, benar kita menaruhnya sendiri...
Karena tanpa kita yang menaruh dan mengizinkan layar hitam itu ada, tidak ada orang lain yang bisa menaruhnya.
Maka solusi untuk kembali bersemangat adalah dengan mengizinkan pula layer yang jelas menggantikan layer hitam tersebut. Perlahan tetapi pasti, kita dapat dengan sadar mengubah cara pandang kita.
Kuncinya ada di kesadaran, dan untuk mendapatkan kesadaran tersebut, kita perlu mengambil jarak dan jeda.
Contoh saat sebuah situasi terjadi, kita dapat mengambil jarak seperti seandainya kita orang ketiga.
- Situasi apa yang terjadi?
- Mengapa ini terjadi?
- Apa yang aku rasakan?
- Apa yang aku pandang (cara pandangku) atas situasi ini?
- Apa yang bisa aku ubah agar cara pandang ini menjadi lebih baik?
Dengan mengambil jarak dan jeda sejenak, kita secara sadar mengubah cara pandang kita yang yang tadinya negatif dan membuat hidup kita lesu, ke cara pandang baru yang lebih cerah.
Daud memahami hal ini dengan memohon "mata yang bercahaya" kepada Tuhan disaat dia menanti pertolonganNya, supaya semangatnya tidak tertidur ataupun mati.
Karena pada saat kita bersikeras untuk terus menaruh "layar hitam" itu di mata kita, bahkan mendobel-dobel lapisannya, maka sudah pasti kehidupan kita akan semakin gelap dan suram.