Secara spiritual/ajaran agama, kita biasa mengenal adanya keselamatan. Terutama untuk agama dimana ada konsep surga dan neraka, surga adalah representasi dari keselamatan tersebut. Untuk agama tanpa konsep surga dan neraka pun, biasanya akan tetap ada suatu kondisi yang dituju, misalnya kondisi pencerahan yang bisa didefinisikan sebagai kebebasan karena menemukan kebenaran = keselamatan juga.
Lalu siapa yang mendapatkan keselamatan tersebut? Atau harus bagaimana supaya mendapatkan keselamatan tersebut?
Di dalam Maz 12, ada sebuah kalimat yang menarik, yaitu Tuhan memberikan keselamatan kepada orang yang menghauskannya.
Kalimat ini mengandung beberapa arti :
1. Ada kondisi pemicu, HAUS atau keinginan. Keinginan untuk mendapatkan keselamatan tersebut. Keinginan spiritual ini hanya dapat tercipta bila kita sudah tidak begitu sibuk lagi dengan dunia dan mulai rutin melakukan kontemplasi. Kegiatan spiritual keagamaan tanpa kontemplasi sama halnya dengan kegiatan dunia yang membuat kita tenggelam dalam rutinitas kosong.
Kontemplasi sederhananya adalah waktu yang kita sediakan dan habiskan bersama Tuhan, dimana kita melakukan komunikasi baik 2 arah dalam bentuk doa, merenungkan firmanNya yang biasa lebih baik bila dilakukan secara tertulis dalam bentuk jurnal/diary. Dengan tertulis kontemplasi menjadi lebih tertata dan pikiran tidak lari kemana-mana.
2. Pencarian. Saat terjadi haus, maka secara reflek orang akan mencari air untuk mengatasi kehausan tersebut. Demikian pula dengan pencarian keselamatan, dibutuhkan "usaha mencari" untukk mendapatkannya, dimana salah satunya adalah kontemplasti di poin 1.
Pada akhirnya, didapat atau diberikan bukan lagi menjadi perdebatan berarti, karena untuk mendapatkan keselamatan, diperlukan gabungan antara usaha dan atas seizin Tuhan (diberikan).
By sosmed lilinkecil_net
Bacaan: