Mohon tunggu...
Lilin Hardiyanti
Lilin Hardiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Jember

Saya adalah mahasiswa dari Universitas Jember. Hobi saya adalah membaca dan mendegarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pandangan Baru Kemendikbud Terhadap Gelar S1 sebagai Pendidikan Tersier

5 Juni 2024   21:13 Diperbarui: 5 Juni 2024   21:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Baru-baru ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menyatakan bahwa gelar Sarjana (S1) harus dipandang sebagai pendidikan tersier. Pernyataan ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, mulai dari dukungan hingga kritik tajam. Di tengah perdebatan ini, ada baiknya kita melihat lebih dalam apa yang sebenarnya dimaksud oleh Kemendikbud dan apa implikasinya bagi pendidikan tinggi di Indonesia.

Sebagai opini pribadi, saya melihat langkah ini sebagai cerminan dari dinamika kebutuhan dunia kerja yang semakin cepat berubah. Gelar S1, yang dahulu dianggap sebagai puncak pendidikan formal, kini dinilai sebagai bagian dari perjalanan panjang dalam pembelajaran seumur hidup. Teknologi dan globalisasi telah mendorong lahirnya profesi baru yang membutuhkan keahlian spesifik dan praktis, yang sering kali tidak bisa diakomodasi oleh pendidikan S1 tradisional. Profesi seperti analis data, ahli kecerdasan buatan, dan spesialis keamanan siber, misalnya, memerlukan keahlian yang sangat teknis dan terkini, yang belum tentu bisa dipenuhi oleh kurikulum S1 yang ada saat ini.

Dari sudut pandang ini, pernyataan Kemendikbud seolah mengajak kita untuk tidak lagi melihat gelar S1 sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai fondasi untuk pengembangan diri yang berkelanjutan. Pendidikan vokasi, kursus keterampilan, dan sertifikasi profesi menjadi alternatif yang penting untuk melengkapi pengetahuan akademis yang diperoleh di bangku kuliah. Dengan demikian, lulusan S1 diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

Namun, pendapat ini juga perlu diimbangi dengan kesadaran akan tantangan yang ada. Tidak semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap pendidikan lanjutan atau pelatihan tambahan. Di samping itu, biaya pendidikan yang tinggi masih menjadi hambatan utama bagi banyak orang. Jika gelar S1 dipandang hanya sebagai langkah awal, maka perlu ada kebijakan yang memastikan setiap individu mendapatkan kesempatan yang adil untuk melanjutkan pengembangan dirinya. Pemerintah perlu menyediakan lebih banyak beasiswa dan bantuan pendidikan untuk membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu agar mereka juga dapat mengakses pendidikan lanjutan.

Pernyataan Kemendikbud juga seharusnya menjadi panggilan bagi perguruan tinggi untuk mereformasi kurikulum mereka. Program studi harus lebih adaptif terhadap kebutuhan industri dan perkembangan teknologi. Kolaborasi antara dunia akademis dan industri perlu diperkuat agar lulusan S1 tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan. Hal ini memerlukan pembaruan dalam metode pengajaran dan penyusunan kurikulum yang lebih dinamis dan responsif terhadap perubahan.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu merubah paradigma tentang pendidikan. Penting untuk menanamkan kesadaran bahwa belajar tidak berhenti pada saat kita menerima ijazah S1. Pendidikan adalah proses seumur hidup yang memerlukan komitmen dan ketekunan. Dengan demikian, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi lebih efektif dalam pembangunan bangsa. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak dini, sehingga generasi muda kita tumbuh dengan mindset yang terbuka dan adaptif terhadap perubahan.

Selain itu, peran pemerintah dan sektor swasta juga sangat krusial dalam mendukung pendidikan seumur hidup ini. Pemerintah perlu terus mendorong program-program pelatihan dan pendidikan lanjutan yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat. Sektor swasta juga dapat berkontribusi dengan menyediakan program pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi karyawan mereka, serta berinvestasi dalam pendidikan dan riset di perguruan tinggi.

Pernyataan Kemendikbud ini bukan sekedar kritik terhadap nilai gelar S1, melainkan dorongan untuk kita semua agar lebih proaktif dalam mengembangkan diri. Mari kita sambut tantangan ini dengan semangat baru, melihat pendidikan sebagai perjalanan yang tak pernah berhenti. Dengan demikian, kita tidak hanya siap menghadapi perubahan, tetapi juga mampu memanfaatkannya untuk kemajuan diri dan bangsa. Pendidikan seumur hidup adalah kunci untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, dan kita semua memiliki peran penting dalam mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun