Beberapa waktu yang lalu, pulau sumatera mengalami black out (pemadaman listrik) secara bergilir. Black out ini terjadi disinyalir karena adanya gangguan SUTT 275 kV Lubuk Linggau-Lahat, Sumatra Selatan pada Selasa (4/6/2024).
Menanggapi hal ini, staf kepresidenan, Moeldoko, menyampaikan bahwa pemerintah akan menguatkan kapasitas listrik yang sebelumnya mengalami mati daya. Sementara, penguatan kapasitas akan dilakukan dengan pembangunan sumber listrik cadangan. Â
Black out yang terjadi di pulau sumatera ini merupakan sesuatu yang ironi. Sebab, menurut data PLN pada desember 2023, salah satu wilayah yang memiliki reserve margin (cadangan daya) terbesar adalah sumatera, yakni sebesar 41% (bisnis.com., 06/06/2024). Dengan besarnya cadangan daya yang dimiliki oleh pulau Sumatera ini, maka muncul tanda tanya besar mengapa terjadi black out di wilayah ini secara bergilir dengan durasi yang bervariasi.
Dengan adanya black out di pulau Sumatera ini, sejumlah pihak mengendus adanya aroma kapitalisasi listrik oleh swasta (baik lokal maupun asing) yang tengah dirancang untuk pulau ini. Peristiwa black out ini, disinyalir hanyalah sebagai salah satu jalan masuknya investasi ke pulau ini. Apalagi, pulau Sumatera kaya akan sumber daya alam. Alhasil, tentu banyak investor yang tertarik untuk mengeksploitasi sumber daya alam di pulau ini.
Listrik, adalah salah satu sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak. Pengelolaannya harus dilakukan oleh Negara untuk menjamin setiap rakyat mendapatkan pelayanan terbaik dengan harga yang murah. Jika pengelolaan sumber daya ini diberikan kepada swasta, maka, tentu harga pelayanan yang diberikan adalah harga jual dengan keuntungan sebanyak -- banyaknya bagi swasta.
Wallahua'lam bish showab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H