Mohon tunggu...
Lilik Ummu Aulia
Lilik Ummu Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Creative Mommy

Learning by Writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapitalisme - Sekularisme Menjadikan Anak dan Perempuan Selalu dalam Bahaya

16 Januari 2023   01:47 Diperbarui: 16 Januari 2023   02:00 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita penculikan gadis kecil bernama Malika dan berita mutilasi seorang perempuan, bernama Angela Hindriati adalah secuil kisah tragis yang dialami oleh anak -- anak dan perempuan dalam sistem kehidupan kapitalisme -- sekularisme saat ini. Banyak cerita serupa yang dialami oleh para anak dan para perempuan yang belum terekspos oleh media. Bukan hanya di Indonesia, bahkan hampir di setiap negeri di belahan dunia saat ini. 

Adanya human trafficking yang kerap korbannya adalah anak -- anak dan perempuan adalah bentuk kisah mengenaskan lainnya yang menimpa anak belia dan kaum hawa ini. Bukan hanya dieksploitasi tenaganya untuk melakukan pekerjaan berat, bahkan tidak sedikit dari korban trafficking ini diperjual -- belikan layaknya barang dagangan.  

Peristiwa yang serupa akan terus terjadi dan secara berulang akan terjadi lagi. Sebab, kehidupan dalam sistem kapitalisme -- sekularisme telah membentuk manusia -- manusia yang rakus, materialis dan tidak manusiawi. Bahkan dengan slogan pemberdayaan perempuan, secara halus para perempuan pun telah digiring untuk melakoni pekerjaan ganda untuk memutar roda -- roda perekonomian. Mereka mengorbankan hati, mereka mengorbankan generasi. Adakalanya memang benar -- benar untuk mendapatkan sesuap nasi atau terkadang hanya sebatas tergiur untuk mencari eksistensi. 

Berbeda dengan Islam. Islam sangat menjaga para perempuan dan para anak penerus generasi. Negara akan memberikan perlindungan yang optimal agar mereka tidak mengalami penindasan maupun kekurangan. Kalaupun para perempuan ingin berkarya di ruang public, itu bukan terpaksa untuk memenuhi kehidupan. Tapi semata, karena ingin berkontribusi terhadap kemajuan masyarakat dan Negara.

Walllahu a'lam bish showab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun