Mohon tunggu...
Lilik Ummu Aulia
Lilik Ummu Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Creative Mommy

Learning by Writing

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Bukit Algoritma, untuk Siapa?

17 April 2021   13:10 Diperbarui: 17 April 2021   13:57 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencananya, pemerintah akan segera membangun pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi,  Jawa Barat. Proyek 'Bukit Algoritma' direncanakan akan didirikan di lahan seluas 888 hektar yang didaftarkan sebagai KEK (Kawasan Ekonomi Khusus).

Dana yang dikucurkan pun cukup besar, yakni sekitar 18 triliun rupiah. Hanya saja, dana yang cukup besar tersebut dikabarkan bukan bersumber dari APBN, akan tetapi bersumber dari swasta dalam negeri dan asing.

Bukit Algoritma ini digadang-gadang akan menjadi layaknya silicon valley di California. Sebuah pusat sekitar 2.000 perusahaan global di Amerika. Google, Facebook, Apple, Netflix, Twitter, Tesla, Yahoo, eBay adalah beberapa perusahaan berbasis teknologi yang terlahir di kawasan silicon valley, San Fransisco, California, Amerika Serikat.

Menanggapi rencana pembangunan Bukit Algoritma yang sudah mengantongi  MoU kerjasama dengan beberapa perusahaan konstruksi ini, beberapa pihak merasa pesimis. Sebab, rencana pembangunan mega proyek Bukit Algoritma ini tidak berbasis kebutuhan dalam negeri. Belum dianalisa hal mendasar apa yang saat ini dibutuhkan oleh Indonesia, tapi tiba-tiba proyek ini diluncurkan saja.

Pengamat lain juga mengomentari bahwa pusat teknologi yang semacam ini membutuhkan sumber daya manusia yang ahli di bidang teknologi. Sementara Indonesia, belum memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk berpartisipasi dalam pengembangan teknologi.

Selain itu, beberapa pengamat juga menyebutkan bahwa dalam pengembangan TI (Teknologi Informasi) yang dibutuhkan bukanlah infrastuktur berupa tempat. Akan tetapi, yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang cakap dan jaringan internet yang super cepat. Jadi, pembangunan infrastruktur untuk mewadahi perusahaan berbasis teknologi belum menjadi kebutuhan yang harus segera diagendakan di Indonesia.

Terlebih, beberapa perusahaan besar seperti Tesla, Oracle, HP, Hewlett Packard memutuskan untuk memindahkan pusat perusahaan mereka ke negara bagian lain di Amerika, seperti ke Texas, Miami dan Florida. Sementara perusahaan seperti Facebook dan Twitter, berencana mengeluarkan kebijakan WFH (Work From Home) selamanya.

Bermigrasinya beberapa perusahaan besar dari silicon valley ke negara-negara bagian yang lain atau mengambil kebijakan WFH selamanya, tentu bukan tanpa alasan. Tingginya pajak pendapatan, melambungnya biaya hidup dan mahalnya sewa hunian yang berdampak pada tingginya upah para pekerja, menjadi alasan hengkangnya beberapa perusahaan dari silicon valley di California, Amerika Serikat.

Bermigrasinya beberapa perusahaan menuju Texas, Miami, Florida dan negara bagian lain, disebutkan karena negara-negara bagian tersebut menerapkan kebijakan no income taxes, tidak ada pajak pendapatan. Atau, minimal pajak pendapatan negara-negara bagian tersebut rendah. Selain itu, biaya hidupnya juga rendah. Dengan demikian, biaya operasional perusahaan bisa ditekan serendah mungkin.

Dengan mencermati beberapa fakta di atas, kita akan meraba-raba, apakah sebenarnya latar belakang dibangunnya mega proyek Bukit Algoritma ini. Tidak adanya basis kebutuhan untuk pengembangan teknologi dalam negeri, mulai lunturnya preferensi beberapa perusahaan digital untuk menempati silicon valley serta inisiasi yang dilahirkan dari swasta dalam negeri dan asing, menjadikan kita bertanya-tanya, apakah pembangunan mega proyek ini hanya semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan industri teknologi swasta ataukah murni untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia?

Pasalnya, jika kawasan Bukit Algoritma telah disahkan masuk KEK, maka berbagai stimulus dan kemudahan akan diberikan kepada investor, termasuk investor luar negeri. Misalnya, pembebasan pajak hingga 100% selama 5 hingga 25 tahun, tergantung besarnya investasi. Selain itu, akan ada penggantian kerugian investasi oleh pemerintah selama 5 hingga 10 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun