Sore ini, sepulang dari kantor saya menyempatkan singgah di sebuah area kuburan di bawah Kampung Tarung. Letaknya persis di sebelah kanan jalan masuk utama kampung itu. Saya tertarik untuk mengabadikan beberapa kuburan yang untuk ukuran di sekitar kampung itu lumayan megah di zamannya. Yang menarik adalah batu kubur itu bercirikan meghalithikum. Batu kubur yang sudah berusia tua itu menjadi ciri khas tersendiri dan keberadaannya tersebar luas di setiap perkampungan adat yang ada di Sumba. Jangan heran bila suatu saat anda berkunjung ke Sumba, batu kubur seperti ini akan anda jumpai di sepanjang perjalanan. Besarnya batu kubur itu bervariasi. Ada yang berukuran panjang empat meter, lebar dua meter dan tinggi dua meter. Saya melihat ada tiga batu kubur yang ukurannya lebih besar dibanding sepuluh batu kubur lain yang ada di situ. Namun itu tidak seberapa besar dibanding dengan sebuah batu kubur raksasa yang saya temui di sebuah desa di Kecamatan Tana Righu. Besarnya kurang lebih panjang tujuh meter , lebar lima meter dan tinggi tiga meter. Sayang saya tidak sempat mengabadikannya karena saat itu saya tengah menemani Bapak Kakanwil dan Ibu dalam sebuah kunjungan keluarga. Batu kubur itu memang dibuat untuk menampung beberapa mayat dari sebuah keluarga. Saya membayangkan betapa repotnya mereka menggeser penutup batu kubur yang beratnya minta ampun sampai terbuka, memasukkan mayat lalu menggeser kembali penutupnya untuk menutup batu kubur itu. Dengan ukuran seperti diatas, ketebalan kurang lebih empat puluh sentimeter, anda pasti tahu untuk menggesernya butuh puluhan tenaga laki-laki dewasa. Pahatan tanduk kerbau di bagian pangkal batu kubur
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI