Mohon tunggu...
Lilik Makhfudho 4330020009
Lilik Makhfudho 4330020009 Mohon Tunggu... Mahasiswa - 4330020009

Nahdlatul Ulama University of Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Story Telling, Mengembangkan Kemampuan Bahasa Inggris Anak Usia 3-6 Tahun

13 November 2021   10:50 Diperbarui: 13 November 2021   10:52 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Periode anak pada usia 3 sampai usia 6 tahun merupakan periode dalam taraf meniru dan memahami tindakan maupun perbuatan orang lain. Pembentukan perkembangan anak ditentukan pada masa usia dini yang terbentuk dari pengaruh lingkungan yang ada. Sehingga lingkungan tersebut harus dirancang dengan baik agar dapat mengembangkan dan menyempurnakan potensi pada anak. Pada usia dini, anak mulai kritis dalam mengembangkan kemampuannya dalam bertindak khususnya kemampuan untuk berbicara. Secara bertahap, anak akan mengenal bahasa orang lain dan mampu menirukan apa yang ditangkap oleh pikiran mereka.

Kemampuan anak bisa dikembangkan melalui simbol - simbol kegiatan seperti membaca, menulis, menghafal, bercerita dan juga adanya interaksi dengan orang dewasa untuk membentuk struktur kebahasaan mereka. Hal itu bisa dilakukan dalam dua sisi, yang pertama bisa dilakukan dalam lingkungan keluarga. Orang tua berperan sangat penting dalam perkembangan anak, karena apapun yang mereka lakukan akan mudah ditiru oleh anak. Sehingga peran orang tua sangat besar untuk menggali potensi anak. Selain itu, anak bisa mendapatkan simbol - simbol kegiatan di lembaga pendidikan atau yang biasa dikenal PAUD atau TK. Anak kecil selalu mengandalkan informasi yang mereka ketahui dari orang lain. Untuk itu peran seorang guru juga penting untuk membantu anak dalam berfikir.

Dalam hal ini, anak perlu membutuhkan kesempatan yang cukup untuk interaksi dalam aktivitas yang menarik dan menyenangkan. Salah satu cara atau metode yang dapat memicu keterampilan anak adalah dengan menggunakan metode storytelling atau biasa disebut dengan bercerita.

Apa itu Storytelling?

Storytelling merupakan sebuah karya seni yang menarik perhatian orang lain. Menurut Geisler (1997) Storytelling merupakan kegiatan mendongen dengan menceritakan sebuah cerita untuk satu pendengar atau lebih baik dalam bentuk kata kata, gambar ataupun tindakan. Metode ini sangat cocok untuk proses belajar mengajar, khususnya pada tingkatan anak usia dini. Storytelling juga merupakan metode yang dapat mewadahi kemampuan anak dalam berimajinasi. Mulai dari cerita fabel yang sangat disukai anak hingga cerita legenda yang banyak hikmah agar dapat diterapkan mereka dalam kehidupan sehari hari. Dikutip dari Dewi (2011) manfaat menggunakan metode pembelajaran storytelling sangat banyak. Yaitu 1. Merangsang kemampuan berfikir pada anak, 2. Anak dapat berimajinasi tinggi untuk melatih ketangkasan berfikir mereka, 3. Memberikan wawasan dan pengalaman baru, 4. Memberikan kesempatan keberanian pada anak, 5. Mendapat kebahagiaan yang diinginkan anak, 5. Mereka bisa mendapatkan inspirasi baru dari berbagai macam kepribadian.

Metode storytelling memiliki beberapa tahapan, yaitu persiapan sebelum melakukan kegiatan, ketika kegiatan itu berlangsung, dan sesudah kegiatan itu berlangsung. Menurut Solihuddin (2016) dalam persiapan melakukan metode storytelling dapat memahami hal berikut ini : 1. Memilih cerita sesuai dengan usia anak, 2. Menentukan imajinasi yang akan ditampilkan, 3. Mempersiapkan dialog atau cerita untuk pancingan anak agar dapat menciptakan suasana yang akrab, 4. Memilih waktu sesuai dengan cerita yang telah dipilih. Selanjutnya yaitu tahap ketika storytelling berlangsung. Agar storytelling bisa menciptakan suasana yang menarik, ada beberapa faktor yang harus dipahami. Antara lain : 1. Guru maupun orang tua bisa melakukan kontak mata dengan anak, 2. Mimik wajah orang tua atau guru harus dapat mengeskpresikan karakter sesuai cerita, 3. Melakukan gerakan tubuh sesuai dengan tokoh yang diceritakan, 4. Alat peraga yang mendukung, misalnya boneka, baju dan lain sebaginya. Sedangkan dalam tahap akhir , ketika proses storytelling telah selesai, guru maupun orangtua dapat melakukan evaluasi cerita. Memberikan penjelasan mengenai nilai dari cerita tersebut dan menjelaskan tentang tokoh tokoh yang ada didalam cerita.

Demikian penjelasan mengenai metode storytelling untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini. Semoga dapat bermanfaat bagi pengajar dan juga orang tua, karena pada metode ini seorang anak dapat menerima banyak pelajaran yang dapat meningkatkan taraf imajinasi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun