[caption id="attachment_123211" align="alignleft" width="640" caption="Sape Sono"][/caption] Karakteristikdan Keunikan Seni Pertunjukan SapiSono’
Kalau anda berkesempatan mengunjungi dataran pulau Madura, bukan hanya tontonan Kerapan Sapi saja yang mampu menimbulkan decak kagum. Namun ada lagi salah satu atraksi yang akan membuat anda menggeleng-gelengkan kepala. Atraksi ini sangatlah unik dan menarik. Kalau dalam arena Kerapan Sapi anda menyaksikan adu kekuatan, kecekatan, kecepatan, kepiawaian untuk menjadi tercepat dan terdepan, maka atraksi yang satu ini sangatlah bertolak belakang, yaitu menampilkan keindahan, kelembutan dan gerakan lemah gemulai sepasang sapi betina.
Atraksi tersebut dinamakan “Sapi Sono’”. Sapi Sono’ dalam event ini menampilkan sepasang sapi betina yang telah terlatih menunjukkan kebolehannya melakukan gerakan-gerakan indah dan gemulai. Konon, kelahiran sapi Sono’ sebenarnya identik dengan sapi Kerapan, namun dalam perkembangannya sapi kerapan lebih populer. Kepopuleran sapi kerapan, disebabkan dalam atraksi lebih semarak. Karena pada atraksi sapi kerapan lebih menonjolkan kejantanan, keperkasaan serta semangat yang tinggi untuk menjadi yang terdepan dan nomer satu. Dan dalam setiap perlombaan, selalu menonjolkan kesan urakan, sangar, hura-hura serta mampu menguras emosi massa.
Bertolak belakang dengan sapi kerapan, sapi Sono’ mempunyai karakteristik dan keunikan yang spesifik. Sapi Sono’ menggunakan sapi betina, karena sapi betina lebih akrab dengan para petani. Selaintenaganya digunakan di sawah dan ladang untuk membajak, sapi betina dapat dididik untuk mengedepankan perasaannya.
Atraksi sapi Sono’ lebih menonjolkan kelembutan perasaan, sehingga dalam setiap perlombaan peserta yang kalah ataupun yang menang tidak jauh berbeda. Yang kalah justru sangatlah senang dengan kemenangan lawannya, tanpa adanya perasaan iri dan dengki.
Tak berlebihan apabila orang beranggapan bahwa sapi Sono’ adalah simbol dari budi pekerti. Karena hewan semacam sapi dapat di ajar serta dididik untuk menggunakan perasaannya. Sapi bisa dan mampu diberi aturan, di ajar untuk patuh dan taat, di ajar untuk tidak menyentuh garis, di ajar untuk mengangkatkaki bersamaan, di ajar untuk bisa menari, menggoyangkan tubuh (berjoget) diiringi musik Saronen. Pertunjukan ini sangat menarik, unik, menakjubkan dan langka. Karena merupakan suatu jalinan emosi yang sangat harmonis antara manusia dan hewan.
Seusai panen biasanya para petani membutuhkan hiburan untuk mengisi waktu-waktu kosong. Karena hiburan sulit di dapat maka para petani/pemilik sapi mulai melirik sapi-sapi betina untuk dijadikan sarana hiburan. Yaitu dengan cara melatih kepekaansapi betina yang biasa digunakan di sawah dan ladang untuk membajak. Di samping sebagai sarana hiburan, ternyata ada satu keuntungan yang lebih besar, yaitu peningkatan kualitas ternak..
Pemilihan induk yang berkualitas untuk bibit sapi ternyata mampu menghasilkan sapi dengan kualitas baik. Di samping menghasilkan bibit-bibit sapi sehat, daging sapiberserat halus dan bermutu tinggi, sapi-sapi jantan yang dihasilkan mampu berlari kencang. Yang lebih menakjubkan sapi-sapi betina bisa dilatih mengedepankan perasaan, sekaligus dipergunakan sebagai tenaga inti mengerjakan sawah dan ladang.
Proses Pelatihan dan Pembentukan
Seperti halnya Kerapan Sapi, atraksi Sapi Sono’ dilakukan oleh para petani pasca panen untuk mengisi waktu senggang. Dan untuk mendapatkan sepasang sapi Sono’ yang terlatih diperlukan ketekunan, ketelatenan dankesabaran yang tinggi dari para pelatih. Pemilik sapi biasanya memperlakukan sapi asuhnya seperti halnya memperlakukan seorang Balita. Bahkan perlakuan tersebut terkadang menimbulkan rasa cemburu pada si istri, karena porsi kasih sayang yang diberikan kepada bakal “Sapi Sono’” lebih tinggi kadar kuantitasnya daripada yang diberikan kepada istri.
Perlakuan-perlakuan khusus diberikan ketika sepasang sapi betina setelah berumur 1 bulan. Bakal sepasang Sapi Sono’ ini telah diseleksi dan telah memenuhi persyaratan, diantaranya mempunyai kulit bagus dan mulus, tanduk indah dan bentuk postur tubuh yang bagus pula. Setiap malam sapi-sapi ini dijaga agar tidak menjadi makanan nyamuk, selain itu menjelang tidur sapi-sapi ini dielus-elus, dimassage (di pijat) pada punggungnya. Hal itu dilakukan untuk mempererat jalinan emosi, dengan harapan sapi-sapi tersebut lebih peka dan lebih mudah ketika mengalami proses pelatihan.
Perlakuan khusus bukan hanya pada bentuk perlakuan si pemilik, namun juga pada konsumsi makanan. Selain rumput kualitas nomor 1, jatah makanan ditambah dengan menu nasi dicampur singkong. Dan untuk mendapatkan kulit yang mulus, bagus dan lembut maka minuman khusus disediakan pula. Ramuan minuman itu terbuat dari campuran kunyit, air kelapa dan gula merah.
Ketika menginjak umur 2 bulan, sepasang sapi ini mulai dilatih. Mula-mula sepasang sapi ini dicancang pada sebuah tonggak yang telah disediakan khusus pada sebuah panggung. Pada proses latihan tersebut sapi dilatih untuk mengangkat kaki depan secara bergantian ataupun bersamaan. Disamping itu sapi juga diperkenalkan pada musik yaitu dengan cara mendengarkan alunan musik Saronen dari tape recorder.
Proses latihan dilanjutkan di lapangan, sepasang sapi Sono’ ini dihela mengelilingi lapangan dengan iringan musik Saronen. Proses latihan itu dilakukan terus-menerus selama satu tahun. Ketika sapi telah berumur satu atau dua tahun maka sepasang sapi tersebut sudah bisa dan mampu meresapi latihan/pelajaran yang diberikan. Selain itu sepasang sapi tersebut mampu dan peka terhadap alunan musik. Apabila musik Saronen diperdengarkan, secara otomatis sapi-sapi berjalan sambil melenggak-lenggokkan badan dan berjoget.
Tak berbeda dengan manusia, setiap sapi mempunyai kepekaan yang tidak sama. Ada sapi yang berbakat dan ini biasanya berasal dari faktor genetik. Untuk sejenis sapi berbakat ini, proses latihan hanya memerlukan waktu yang sangat relatif singkat. Untuk bibit sapiberjenis unggul ini biasanya berasal dari kecamatan Waru, Pamekasan. Sampai saat inipun bibit sapi yang baik, bagus, cantik dan cerdas masih berasal dari daerah Waru, Pamekasan. Biasanya para pemilik sapi, mencari dan membeli dari kecamatan tersebut untuk dijadikan bibit induk.
[caption id="attachment_123212" align="alignright" width="640" caption="Sinden dan musik saronen menyambut konstes Sape Sono"][/caption] Teknik Penyelenggaraan Atraksi Sapi Sono’
Penyelenggaraan atraksi sapi Sono’, dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama dalam bentuk kontes, kategori kedua dalam bentuk aduan. Dalam bentuk kontes, penilaian ditekankan pada keelokan sapi, lenggak-lenggok sapi waktu berjalan serta aksesoris yang menempel pada badan sapi. Kontes ini diadakan untuk menghibur para penonton sekaligus sekedar melepas kegembiraan, terutama para pemilik sapi. Karena dalam kontes ini, mereka saling memuji dan mengelu-elukan keelokan, kecantikan serta kemulusan sapi. Kontes ini biasanya dalam bentuk parade dan diiringi musik kleningan (gamelan) serta suara merdu pesinden. Dalampenyelenggaraan kontes sapi Sono’, semua peserta mendapatkanhadiah.
Penyelenggaraan kedua adalah bentuk aduan, bertujuan untuk memperebutkan kejuaraan. Dalam aduan ini ada aturan-aturan serta syarat-syarat yangtelah menjadi kesepakatan dalam bentuk aturan tak tertulis. Dan pasangan sapi yang ikut dalam aduan ini, dikelompokkan menurut besar kecil ukuran sapi. Pool A, kelompok pertama untuk ukuran pasangan sapi yang paling besar dan tinggi, dengan ukuran badan 120 cm keatas. Untuk pool B, dengan ukuran 111 s/d 119 cm, sedangkan pool C dengan ukuran 111 cm kebawah.
Dengan adanya pengelompokan ini akan terjadi keseimbangan antara pasangan-pasangan sapi yang akan dilombakan. Dengan tujuan memberikan kesempatan kepada para pemilik sapi untuk menunjukkan kebolehan sapi-sapi asuhannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan yang sangat tinggi kepada para pemilik sapi.
Aturan main yang diterapkan dalam penilaian bentuk aduan sapi Sono’ adalah menghitung pelanggaran (kesalahan) yang dilakukan oleh sepasang sapi. Dalam setiap arena perlombaan, pasangan sapi yang banyak melakukan pelanggaran (kesalahan), akan dinyatakan kalah. Sedangkan pasangan sapi Sono’ yang sedikit melakukan pelanggaran (kesalahan), pasangan sapi itulah yang dinyatakan sebagai pemenang.
Hal-hal yang termasuk dalam penilaian aduan sapi Sono’, adalah :
1.Pada saat sapi diberangkatkan dari start sampai garis finis apabila kaki sapi meng-injak lin/garis, akan dipotong 5, meng-injak dua kali dipotong 10. (Setiap kali kaki meng-injak lin/garis dipotong 5).
2.Kemiringan pangonong, apabila telah memasuki garis finis, pangonong dari pasangan sapi tersebut miring maka akan dipotong 10.
3.Apabila telah sampai ke garis finis, kaki sepasang sapi akan naik bersamaan pada sebuah papan. Kalau kaki sapi langsung turun, akan dikurangi 10, kaki mengangkat akan dikurangi 5.
Dalam setiap penyelenggaraan, baik dalam even kontes maupun aduan, dibentuk suatu kepanitiaan serta tim dewan juri. Tim juri terdiri dari 7 orang, 3 juri bertugas digaris start, 3 juri di garis finis dan 1 juri waktu.
Di garis start, 3 juri bertugas untuk memberangkatkan pasangan sapi, sekaligus membawa bendera berwarna merah-biru-kuning. Tugas ke- 3 juri tersebut adalah mengikuti jalannya sapi sampai ke garis finis, sekaligus mencatat setiap pelanggaran (kesalahan) sapi. Penilaian dititikberatkan pada kaki-kaki sapi yang meng-injak lin/garis di samping kanan dan kiri. Sesampai di garis finis, telah ada 3 juri yang akan mencatat setiap pelanggaran (kesalahan), yaitu pada waktu pasangan sapi menaikkan kaki secara bersamaan, apakah kaki diangkat bersamaan atau turun bersamaan. Sedangkan juri waktu ber-tugas menilai ketepatan waktu saat sapi berada di panggung,
Untuk mendapatkan kategori kejuaraan, diadakan babak penyisihan. Pasangan sapi yang menang, akan dilomba kembali dengan pasangan yang menang. Begitu pula dengan pasangan sapi yang kalah, akan bertemu dengan pasangan yang kalah. Setelah acara penyelenggaraan usai, maka akan ditentukan juara dari kelompok pemenang, juara I, II dan III. Begitu pula dari kelompok kalah, akan ditentukan juara kelompok kalah I, II dan III.
Sebelum acara perlombaan dimulai, biasanya sapi-sapi yang akan dilombakan diarak terlebih dahulu. Dalam acara pawai ini telah diketahui pasangan sapi yang akan masuk daftar unggulan. Hal itu dapat dilihat dari keluwesan sapi saat berjalan ataupun pasangan sapi yang demikian gemulai melenggak-lenggokkan badan, aksesoris yang dipakai ataupun kemulusan kulit sapi.
Sebelum acara pawai ataupun perlombaan dimulai, pasangan sapi telah didandani sebagus mungkin. Setelah dimandikan, pasangan sapi tersebut disatukan dengan pemasangan pangonong. Biasanya diatas pangonong ada 2 atau 3 pancong dengan berhiaskan miniatur burung atau kuda, setelah itu dipasang kalung (gungseng), sehingga menimbulkan suara gemerincing. Langkah selanjutnya adalah pemasangan sabrek (kain), yangdihiasi oleh benang-benang emas, baik yang dipasang di leher sapiataupun yang dipasang pada bagian tubuh yang lain. Penampilan sapi semakin keren dengan pemasangan selop tanduk di kepala, selop tandukterbuat dari tembaga putih. Setelah selesai pemasangan semua aksesoris, barulah pasangan sapi itu memasuki arena perlombaan.
Dalam acara pawaipenampilan pasangan sapi Sono’ itu sangat keren, tak kalah bersaing dengan para peragawati yang berlenggak-lenggok di atas calk walk. Diiringi tiupan Saronen yang mendayu-dayu, hentakan gendang, gurcak dan gong, sapi-sapi itu pun menggoyang-goyangkan badan sesuai dengan irama. Sementara itu, para pemilik sapi menarik tali kekang sambil menyatukan langkah dengan hentakan musik. Bersaing dengan pasangan sapi yang dihelanya, sama-sama melenggak-lenggokkan badan, menyatu dalam irama menghentak, mengiringi sapi-sapiyang tampil anggun, cantik sekaligus gagah.
Tentu saja atraksi sepasang sapi betina yang mampu menggunakan perasaannya, mengenal alunan musik, patuh, taat pada aturan, disiplin serta mampu berjoget merupakan sesuatu hal yang sangat menakjubkan. Prestasi membanggakan tersebut dapat di raih berkatketelatenan, keuletan, ketekunan dan kesabaran yang tinggidari para pemilik sapi/pelatih sapi. Disamping itu dapat dilihat betapa erat jalinan hubungan yang dimiliki para petani/pemilik sapi ini terhadap makhluk hidup lainnya. Perlakuan manusiawi yang ditunjukkan para pemilik sapi merupakan contoh nyata yang patut ditiru. Kultur tersebut patut dipertahankan dan dilestarikan kembali, untuk membentuk manusia humanis.
Terbit dalam buku : Berkenalan dengan Kesenian Tradisional Madura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H