Penggunaan media sosial di kalangan pemain sepak bola menjadi perbincangan. Kasus Jens Raven dan Arkhan Kaka menjadi contoh yang belakangan acap mengemuka.
Timnas U-19 Indonesia melaju ke babak final turnamen Asean U-19 Boys Championship. Selain urusan teknis dan strategi, masalah nonteknis bisa sangat berpengaruh bagi perjalanan tim mengejar piala.
Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand dan Australia dalam urusan prestasi Timnas U-19 di kejuaraan tingkat Asia Tenggara. Sepanjang perhelatan turnamen ini, Timnas Indonesia baru sekali meraih gelar juara, sedangkan Gajah Perang dan Socceroos telah lima kali mengangkat piala.
Kini, kesempatan menambah gelar terbuka lebar. Hanya Thailand yang bisa mengadang ambisi pasukan Garuda menambah trofi.
Di luar perebutan gelar juara, ada hal penting lainnya yang juga patut mendapat perhatian. Masalah kesehatan mental para pemain mendapat sorotan dari pelbagai pihak.
Beda Nasib antara Jens Raven dan Arkhan Kaka
Jens Raven dan Arkhan Kaka bisa menjadi contoh besarnya pengaruh media sosial dalam sepak bola. Kedua striker andalan Timnas U-19 Indonesia itu sempat mendapat perlakuan berbeda dari warganet.
Arkhan Kaka, penyerang belia asal klub Persis Solo tidak memperoleh dukungan yang sesungguhnya dia butuhkan. Beberapa kali penampilan yang tidak sesuai harapan mengharuskan dirinya menerima hujatan.
Baca juga: Jens Raven dan Arkhan Kaka Bahagia, Timnas Kian Menyala
Hal sebaliknya terjadi pada Jens Raven. Pemain klub FC Dordrecht itu mendapat sambutan manis dari banyak kalangan lantaran permainannya yang dinilai gemilang.
Selain itu, pemain yang telah mengemas tiga gol dalam turnamen yang sedang diikutinya ini tetap bermedsos ria. Ia meyakini dirinya tidak terpengaruh oleh komentar-komentar bernada negatif yang menyerang akun media sosialnya.