Sungguh dekat kaum perempuan dengan energi. Sebagian besar urusan rumah tangga, aktivitas yang identik dengan kaum ibu, tak lepas dari penggunaan sumber energi.
Memang, kebanyakan perlengkapan rumah tangga yang bisa kita temui hari ini masih mengandalkan energi dari sumber yang tak bisa diperbaharui. Alat memasak, peranti mencuci pakaian dan mencuci perlengkapan dapur hingga sarana-sarana kebersihan rumah belum terbebas dari konsumsi energi yang bakal habis suatu saat nanti.
Di satu sisi, perempuan menjadi salah satu aktor penguras sumber energi dengan pelbagai kegiatan kerumahtanggaan mereka. Sebagian besar konsumsi listrik dan gas berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan ibu-ibu dalam menjalankan roda rumah tangga.
Pelbagai aktivitas rumah tangga telah menyedot listrik yang tak sedikit. Konsumsi listrik yang besar telah menjadikan sektor rumah tangga sebagai konsumen terbesar listrik yang dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Saban tahun, sektor ini menghabiskan hampir separuh produksi listrik di negara kita.
Dalam nilai absolut, sektor rumah tangga menyedot setrum PLN sebanyak 116,1 ribu GWh sepanjang tahun 2022. Bandingkan dengan sektor industri yang "hanya" memakan listrik sebanyak 88,5 ribu GWh, atau sektor bisnis yang mengonsumsi 50,5 ribu listrik setiap tahunnya.
Memang tidak semua energi di sektor rumah tangga digunakan oleh kaum hawa. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa pemeran utama sektor yang "rakus" memakan energi itu adalah kaum ibu.
Namun, pada sisi lain, peran besar kaum wanita yang "menguasai" sumber energi nasional bisa berdampak positif. Mereka memiliki kans menjadi aktor penggerak Transisi Energi Adil, dari energi konvensional beralih ke energi terbarukan.
Apa Itu Energi Terbarukan?
Energi terbarukan itu "makanan" apa, sih?
Sebenarnya, energi terbarukan sudah lama eksis di tengah masyarakat. Namun, jenis energi yang sumbernya tak terbatas ini belum banyak digunakan oleh masyarakat.