Belum genap lima tahun bekerja, sudah beberapa kali Sri diterpa isu tak bertanggung jawab yang mengusik ketenangannya. Kinerja bagus yang selama ini dipeliharanya sempat terganggu juga.
Ada saja orang yang tega mengembuskan kabar basi bahwa Sri hendak mengundurkan diri. Entah apa yang mereka kehendaki.
Sekitar tiga tahun lalu, kawan karibnya sendiri menebar isu tak bermutu. Melalui sistem getok tular, kabar tentang Sri tidak suka majikannya menjual sepetak tanah di sebelah rumah segera tersebar.
Lah, apa urusannya Sri hendak mencegah tuannya menjual aset milik dia sendiri?
Rupanya, si teman pernah mendengar hasrat Sri menyangkut tanah kosong milik tuannya. Sejak mula diterima bekerja, Sri tergiur dan mengincar properti sang majikan.
Jika suatu saat nanti gajinya sudah terkumpul, akan ia gunakan untuk mengambil alih tanah itu. Sri merasa, letak tanah yang tak jauh dari gerbang perumahan cocok dijadikan tempat usaha berjualan bumbu dapur.
Sri terinspirasi oleh neneknya sendiri. Sejak perawan hingga bercucu delapan, sang nenek tekun mengurus warung jajanan di kampung halaman.
Setelah berjam-jam majikannya membujuk-bujuk, barulah Sri menceritakan khayalannya dengan kikuk.
"Apa salahnya seorang asisten rumah tangga punya usaha?" Begitulah bibir Sri berucap lirih mengakhiri ungkapan keresahannya.
Sang majikan memahami perasaan Sri dan segera melupakan peristiwa tak terduga itu.
Tak sampai enam bulan sejak hoaks pertamanya gagal, sang kawan kembali menyatakan bahwa Sri tak mau lagi tinggal. Katanya, ia sudah tak tahan lagi dan berkeras hati untuk segera pergi.