Berkontribusi adalah memberikan apa yang kita mampu berikan, tanpa melihat apa yang kita dapatkan. Seorang buruh menyiratkan makna apa itu berkontribusi yang dipahaminya.
Begini ceritanya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Jim adalah seorang lelaki "nyentrik" yang bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan. Uniknya, ia kerap berperilaku tidak lazim, berbeda dengan kebanyakan pekerja lainnya.
Di kala para pekerja umumnya berpakaian biasa-biasa saja (perusahaan memang tidak menerapkan aturan berpakaian tertentu), Jim berani tampil beda. Saban hari ia mengenakan setelan rapi celana panjang dan kemeja kerja, lengkap dengan sulaman namanya tertera di bagian dada. Sepertinya, ia tidak keberatan menyediakan "seragam" kerja dengan upaya sendiri dan tanpa minta pengganti biaya yang dikeluarkannya.
Bukan itu saja. Jim tidak pernah terlambat tiba di tempat kerja. Lelaki yang tampak agak tua di antara para pekerja lainnya itu juga menggunakan jam istirahat dengan semestinya, ketika waktu rehat usai segera beranjak kembali ke tempatnya bekerja.
Silakan singgah untuk mengerling tulisan yang membahas kewaspadaan terhadap bahaya menyambut masa liburan secara berlebih-lebihan.
Tak terbatas pada jam kerja, ia menerapkan sikap disiplin dan kepedulian di sepanjang waktu-waktu lainnya. Belum pernah terlihat ia membiarkan meja kotor oleh sisa-sisa makan siangnya.
Lelaki yang "hanya" bekerja sebagai buruh itu tidak menampakkan dirinya sebagai seorang pekerja rendahan. Mestinya, pegawai-pegawai lain yang berposisi lebih tinggi tak enak hati menyaksikan sikap dan cara Jim bekerja.
Pelajaran tentang Etos Kerja si Buruh Sederhana
Buku Chicken Soup for the Soul at Work (1997) menampilkan kisah inspiratif pekerja kelas rendahan itu dalam sebuah artikelnya. Kisah seorang pekerja tak biasa yang telah menginspirasi pekerja lainnya itu disarikan oleh Kenneth L. Shipley dalam artikel berjudul "Pekerja yang Tidak Lazim".
Shipley, yang terkesan oleh sepak terjang Jim, kemudian mengambil pelajaran dari etos kerja si buruh sederhana. Ia menerapkan profesionalitas Jim, yang berkedudukan di bawahnya di perusahaan yang sama, tetapi menunjukkan semangat kerja di atas rata-rata. Ia juga selalu berusaha memberikan kontribusi lebih banyak bagi perusahaan tempatnya bekerja.
Memangnya, setelah jerih payahnya bekerja keras, apakah ia menerima imbalan yang  pantas?
Bila berkenan, boleh juga melirik sejenak tulisan tentang bagaimana harus mengambil action ketika pekerjaan tidak sesuai passion.
Rupanya, upaya Shipley tidak sia-sia.
Benih yang ditanam dan dirawat dengan kesungguhan membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Sejumlah perusahaan--beberapa kali ia berpindah perusahaan--memberikan kedudukan dan pendapatan yang bagus sebagai apresiasi atas kinerjanya yang serius daan tulus.
Tak berhenti sampai di sini. Shipley terus menerapkan etos kerja tinggi ketika memulai bisnisnya sendiri.
Berkontribusi Artinya Apa?
Namun, apakah setiap pegawai yang bekerja secara profesional dan melakukan tindakan-tindakan terpuji selalu menorehkan prestasi? Benarkah sikap positif yang dibangun seorang pekerja bakal berbuah manis juga?
Jika tolok ukurnya adalah jabatan dan penghasilan, sayang sekali tidak selalu terwujud dalam kenyataan. Di dunia nyata, proses kerja dan pendapatan tak selalu seiring sejalan.
Banyak faktor mengiringi perjalanan karier seseorang. Selain kerja keras, dedikasi, dan unsur-unsur lainnya, barangkali ada pula andil Dewi Fortuna. Bisa jadi sang Dewi merasa gemas, lalu ikut cawe-cawe dalam urusan ini.
Tak jarang kita menyaksikan pegawai yang tampak biasa-biasa saja justru meroket kariernya. Mungkin ia dekat dengan atasannya, atau bisa juga telah memberikan kontribusi lebih yang di luar deteksi kita.
Ada pula cerita pegawai yang lihai memainkan kata-kata. Berbekal laporan-laporan "cantik", para pimpinan dibuat amat terkesan dan tak berkutik.
Silakan singgah menikmati sajian tentang bumerang yang akan menyerang balik pekerja yang gemar mengumbar keluhan tentang beban kerja yang berat.
Apakah kondisi semacam itu akan meruntuhkan semangat kita untuk selalu bersikap baik dalam bekerja? Apakah tindakan profesional akan kita suguhkan hanya bagi perusahaan yang seketika memberikan imbalan sepadan?
Padahal, di luar posisi dan gaji, seabrek kebaikan telah menanti. Menyebarkan inspirasi, seperti yang didapatkan oleh Shipley, adalah satu contoh keberkahan yang bisa kita nikmati.
Membincang masalah keberhasilan dalam dunia kerja, tidak ada salahnya menyimak kembali ucapan OG Mandino. Kalimat inspiratif yang diucapkan penulis buku laris The Greatest Salesman in the World itu disitir oleh Shipley sebagai pembuka tulisannya.
"Satu-satunya ukuran yang pasti tentang keberhasilan adalah memberikan layanan yang lebih baik dan lebih besar daripada yang diharapkan orang dari Anda."
Nah, semuanya bakal kembali pada diri kita sendiri. Kita bisa memilih bekerja biasa-biasa saja, atau mempersembahkan kontribusi lebih dari yang diharapkan.
Kita bisa berkaca pada si buruh sederhana dalam memaknai kontribusi dalam bekerja. Berkontribusi adalah suatu upaya memberikan apa yang kita punya, tanpa bergantung pada balasan (jangka pendek) semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H