Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Lucunya Doa Orang-orang Tua di Desa, Satu Hal yang Kami Rindukan Setiap Lebaran

22 Mei 2020   10:46 Diperbarui: 24 Mei 2020   19:07 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentara dan Polisi tampak sangat gagah di mata orang-orang desa. Maka kedua profesi itu menjadi primadona dan selalu mencuat dalam doa para orang tua. 

Mereka membayangkan betapa bangga hati mereka jika pada suatu saat bisa menyaksikan anak-anak atau cucu-cucu mereka berbaris dengan gagah sembari memanggul senjata.

Dokter juga menjadi profesi favorit lainnya bagi banyak orang tua. Doa yang sering dipanjatkan para orang tua bukan tanpa alasan. Umumnya orang desa masih setia menggunakan cara pengobatan alami dan tradisional ketika ada anggota keluarga atau kerabat yang menderita sakit. 

Namun mereka merasakan juga dahsyatnya sentuhan tangan dokter (atau mantri kesehatan) ketika yang tradisional-tradisional tak mempan lagi mengusir penyakit.

Kelucuan dan Keharuan Suasana Lebaran

Seperti itulah umumnya tingkat wawasan orang-orang tua di desa-desa. Tak jarang, keterbatasan itu mendatangkan sedikit kelucuan.

"Muga-muga ndang lulus sekolahmu ya, ben isa dadi dokter. Mengko nek aku lara, kowe sing nambani." (Semoga segera lulus sekolahmu ya, biar bisa jadi dokter. Nanti kalau saya sakit, kamu yang mengobati.).

Begitulah doa Uwo ketika saya mendapat giliran sungkem kepadanya. Uwo adalah sebutan bagi kakak dari bapak atau ibu.

"Nggih, Wo." (Ya, Wo.).

Ya, seperti itu saja jawaban basa-basi saya. Dan bersama dengan saudara-saudara, kami menahan tawa. Gimana mau jadi dokter, wong saat itu saya lagi kuliah ekonomi.

Ketika itu saya bersama saudara-saudara mengunjungi satu per satu orang-orang yang kami anggap sebagai orang tua. Mereka adalah saudara-saudara Bapak dan Emak yang kebetulan tetap tinggal tak jauh dari kampung halaman.

Doa-doa serupa juga mereka panjatkan bagi cucu-cucu mereka tanpa melihat latar belakang dan pendidikan yang tengah dijalani. Ya, ketika kami telah berkeluarga dan mengajak serta seluruh anggota keluarga, rombongan besar kami kembali mengunjungi mereka. Dan para orang tua kembali mengucapkan doa yang sama.

Mereka memang tidak mengenal ragam profesi yang berkembang terutama sejak era digital menuntun generasi terkini menetapkan keinginan hati. Jangan pernah berharap para orang tua mendoakan kita menjadi penulis, blogger, Youtuber, influencer, dan er-er yang lain.

"Panganan apa ta kuwi?" (Makanan apa sih itu?). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun