Bulan lalu, tersiar kabar adanya seorang pengemudi mobil ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Pihak kepolisian menyatakan bahwa si pengemudi telah melakukan tindak kekerasan terhadap seorang sopir ambulans.
Sesuai penjelasan polisi yang menangani kasus ini, tersangka memukulkan tangan ke wajah korban. Pemukulan terjadi karena tersangka tersulut emosi. Kemarahan tersangka membeludak akibat mobil ambulans yang dikendarai korban menyerempet kendaraan yang dikemudikannya.
Kala itu, video yang menayangkan kejadian tersebut menjadi salah satu viral di media sosial. Di luar kejadian yang berkaitan dengan ambulans, banyak pula peristiwa-peristiwa tak sedap lainnya yang terjadi di jalan raya.
Emosi Tak Terkendali di Belakang Kemudi
Selain perselisihan antar pengguna jalan, tak sedikit juga terjadi "perseteruan" yang melibatkan pengguna jalan dan aparat kepolisian. Misalnya saja peristiwa-peristiwa tegang dalam pelaksanaan program tilang.
Kita mengingat, pernah mencuat berita mengenai pengendara yang meluapkan kemarahan kepada petugas kepolisian yang menilangnya. Ada juga kabar tentang pengendara sepeda motor yang mengamuk dan merusak kendaraannya sendiri akibat kena tilang polisi. Dan kabar-kabar serupa banyak mengemuka di pelbagai media massa.
Itulah sederet peristiwa yang menunjukkan tidak mudahnya pengendara kendaraan bermotor mengendalikan emosinya ketika melaju di jalan raya. Peristiwa-peristiwa di atas hanya merupakan sebagian kecil di antara sekian banyak keributan antar pengguna jalan atau selisih paham antara pengemudi dengan polisi.
Keributan-keributan dalam skala emosi yang lebih rendah pun cukup banyak menghiasi jalanan di negeri ini. Mungkin di antara kita ada yang pernah mengalami kejadian-kejadian yang kurang mengenakkan ketika sedang mengemudikan kendaraan di jalan. Saya pun kerap menyaksikan dan bahkan mengalami sendiri peristiwa semacam ini.
Saya akan memberikan contoh kejadian tak sedap yang acap muncul di area lampu lalu-lintas. Sedikitnya dua macam kejadian pernah saya alami di lokasi yang disebut oleh orang Jawa sebagai lampu "bangjo" itu.
Pertama, ketidaknyamanan yang terjadi saat kendaraan yang saya kemudikan mendekati garis batas, tempat kendaraan berhenti di belakang lampu lalu lintas. Usai lampu menyala hijau dan kemudian berganti kuning, saya memelankan kendaraan dan bersiap-siap berhenti karena tak lama lagi lampu akan menyala merah.
Eh, dari arah belakang terdengar suara klakson yang sangat kencang dan berulang-ulang. Rupanya ada pengendara yang hendak ngegas mobilnya lebih keras guna menghindari warna merah lampu lalu-lintas.
Karena merasa terhalang oleh kendaraan saya, ia menunjukkan raut muka marah. Emosi tinggi itu kemudian menggerakkan tangannya menekan tombol klakson kuat-kuat.