Sempat menjadi bahan olok-olok sesama rekan sebab berkaus kaki putih panjang yang ujungnya nyaris menyentuh paha. Mereka katakan itu perlengkapan untuk bermain bola. Ya, aku biarkan peristiwa itu menjadi kenangan saja.
Bukannya mau tampil eksentrik atau mengada-ada. Sebab perusahaan yang aku pinang bergerak dalam bidang jasa. Kenyataannya cuma kaus kaki itulah adanya.
Cukup jengah tertampak penampilan diri gegara celana panjang hitam yang seput warnanya. Itu celana hasil menyanggam seorang saudara. Ya sudahlah, toh kejadiannya telah berlalu lama.
Tak punya cukup alasan untuk bertingkah nyeleneh apalagi menghina. Aku sedang dalam upaya membuang status pengangguran dan membutuhkan kerja. Busana yang lebih pantas memang aku tak punya.
Dengan modal keyakinan diri mencoba menjawab semua pertanyaan dua orang berjabatan tinggi yang bertindak selaku pewawancara. Seminggu penuh mempelajari budaya kerja dan seluk-beluk perusahaan yang kuidamkan sekian lama. Para pewawancara lebih banyak mengangguk-anggukkan kepala.
Akhirnya, tahukah kamu? aku diterima. Keyakinan diri dan usaha belajar yang kutempa tak berakhir sia-sia. Dan sebagian teman yang lebih elegan dalam penampilan harus mengulang puluhan kali melamar kerja.
Tiada sedikit pun maksud hati berbangga diri atau besar kepala. Raihan ini hanya setapak tangga kehidupan tahap mula. Semata ingin membagi kisah, betapa esensial menguatkan keyakinan diri dalam setiap usaha.
***
Catatan:
Teman-teman yang hendak menghadiri undangan wawancara kerja sebaiknya tidak mengenakan celana kusam dan kaus kaki bola, apalagi celana pendek dan sepatu bola. Kecuali sedang melamar menjadi pemain bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H