Tak ada bedanya dengan pengamen yang bersenjatakan icik-icik dari tutup botol aluminium bekas. Sama-sama minim modal dan kemampuan.
Namun sesekali saya lihat juga ada yang bermodal sedikit dengan membeli---atau meminjam ke anaknya---"seekor" jaran kepang, sesosok alat permainan kesenian Jatilan berwujud kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu. Tarian yang dimainkan si pengamen nyaris tak ada miripnya dengan gerakan-gerakan yang telah dirancang dengan susah payah.
Yang kedua, bisa jadi kondisi ini didorong oleh minimnya kesempatan sang Ondel-Ondel dan jenis kesenian daerah lainnya tampil di arena yang sesungguhnya. Kondisi minim 'tanggapan' tersebut menyebabkan pemilik peralatan yang banyak menganggur, katakanlan boneka Ondel-Ondel, mungkin merasa sayang bila perlengkapan yang dimilikinya "membusuk" di gudang tanpa guna.
Dipakai atau tidak, sama-sama akan aus dan rusak. Maka, di sela-sela menganggurnya si Boneka Raksasa, tak ada salahnya mereka mengaryakannya. Lumayan, dapat tambahan pemasukan.
Hal yang sama berlaku pula bagi piranti kesenian lainnya yang juga berstatus "pengangguran" seperti jaran kepang atau kostum punakawan. Daripada menganggur, lebih baik mainkan saja.
Namun tak jarang juga yang serius menekuni "profesi" pengamen jalanan dengan kesenian daerah. Ada sekelompok anak muda yang mengusung seperangkat alat musik tradisional Kentongan Banyumasan di perempatan jalan dengan sebuah konsep kesenian yang bagus dan cukup lengkap. Ini menurut penilaian saya yang awam terhadap musik semacam itu.
Beberapa kali saya menyaksikan tampilan musik kentongan di jalan-jalan daerah Banyumas, Jawa Tengah. Melihat penampilan mereka, saya sangat meyakini bahwa mereka telah melalui setidaknya belasan atau puluhan kali latihan sebelum manggung. Saya pun cukup menikmati sajian langsung musik nan rancak dari sebuah "orkestra" yang apik untuk ukuran pinggir jalan.
Senikmat-nikmatnya menyaksikan pertunjukan kesenian daerah di perempatan jalan, tentu jauh lebih nyaman di panggung yang semestinya. Nilai kesenian tradisional pun terjaga pada tataran yang seharusnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI