Mohon tunggu...
Liliana
Liliana Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Departemen Bahasa Indonesia China Media Group

Sharing information is a way to understand each other

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Perbedaan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Imlek bagi Masyarakat Tionghoa?

4 Januari 2024   14:42 Diperbarui: 4 Januari 2024   14:48 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival Musim Semi (Tahun Baru Imlek) dan Hari Tahun Baru, satu Festival Musim Semi dan satu Hari Tahun Baru, mungkin tampak seperti sama, namun nyatanya bagi masyarakat Tionghoa kedua hari raya ini memiliki arti yang sangat berbeda bagi mereka. Mari kita bahas kedua perayaan ini.

Sebagian besar negara di dunia yang telah mengadopsi kalender Gregorian atau Masehi yang diterima secara internasional menganggap tanggal 1 Januari sebagai "Hari Tahun Baru" setiap tahunnya, dan menjadikannya sebagai hari libur nasional. Saat ini, Tahun Baru Masehi di Tiongkok lebih dipandang hanya sebagai hari raya dan relaksasi, sebagian masyarakat Tiongkok merayakan hari raya ini dengan berbagai kegiatan perayaan sepeti berbagai pertunjukan, pesta, dll, namun ada juga sebagian masyarakat Tiongkok yang hanya menganggapnya sebagai hari biasa.

Sedangkan Festival Musim Semi, juga dikenal sebagai Tahun Baru Imlek, adalah salah satu festival tradisional terpenting di Tiongkok, yang bahkan bagi masyarakat Tionghoa lebih penting daripada Tahun Baru Masehi. Menurut catatan sejarah, Festival Musim Semi berawal dari zaman dahulu kala ketika orang-orang berdoa memohon keberuntungan di awal tahun. Seiring berjalannya waktu, Festival Musim Semi secara bertahap berevolusi dari kegiatan pengorbanan sederhana menjadi festival rakyat yang beragam. Pada hari ini, masyarakat tidak hanya memuja dewa dan leluhur, berdoa memohon berkah dan mengusir roh jahat, tetapi juga momen untuk berkumpul kembali dengan kerabat dan teman untuk melewati perayaan bersama.

Selama festival ini, setiap keluarga menghiasi rumahnya dengan lentera dan dekorasi warna-warni, penuh kegembiraan. Orang-orang memuja leluhur mereka dan berdoa untuk perdamaian dan kemakmuran di tahun mendatang. Selain itu, ada juga kegiatan tradisional yang penuh warna seperti tarian naga dan barongsai, menyalakan petasan, menempelkan bait Festival Musim Semi, dan membungkus pangsit. Festival Musim Semi mengandung warisan sejarah dan budaya yang mendalam, sekaligus merupakan harta karun bangsa Tionghoa.

Festival Musim Semi dan Tahun Baru masing-masing memiliki ciri khas dan daya tariknya tersendiri. Bagi masyarakat Tionghoa, Festival Musim Semi adalah hari raya terpenting yang penuh dengan warisan sejarah dan budaya, serta penuh dengan suasana kekeluargaan dan nasionalisme yang mendalam, sama halnya seperti Hari Raya Idul Fitri, yang merupakan hari raya terpenting bagi umat muslim di Indonesia, hari di mana mereka berkumpul kembali dengan keluarga untuk merayakan hari raya bersama. Sedangkan Tahun Baru Masehi, bagi sebagian masyarakat Tiongkok mungkin adalah sebuah hari biasa yang tidak berbeda dengan hari-hari lainnya, sama seperti Tahun Baru Imlek yang juga mungkin dianggap sama seperti hari biasa bagi sebagian masyarakat Indonesia yang tidak merayakannya. Baik itu Festival Musim Semi atau Hari Tahun Baru, semuanya layak untuk dihargai dan diwariskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun