Momentum Ramadan selalu dinanti oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Ramadan juga ternyata menjadi waktu yang tepat untuk bertemu dengan kawan lama atau reuni. Jumpa dengan teman-teman lama saat ramadan biasanya dilakukan pada saat buka bersama (bukber). Satu per satu undangan bukber akan siap menyapamu di ramadan kalian tahun ini.
Nah, kalian sudah dapat ajakan buka bersama dari siapa aja nih? Temen SD, temen SMP, SMA atau teman-teman semasa kuliah? Atau grup lainnya sudah mengundang kalian untuk bukber?
Bukber memang menjadi momen yang menyenangkan bisa kembali bertemu dengan teman-teman lama. Mereka yang sudah tidak bertemu beberapa tahun lalu atau belasan tahun atau bahkan puluhan tahun disatukan dalam satu meja besar untuk saling mengenang satu dengan yang lain. Pertemuan pertama pastinya menyenangkan dan seru dong. Apalagi dengan waktu yang cukup lama tidak bertemu pasti akan banyak perubahan pada diri masing-masing.
Bukber sebagai ajang reuni ini tentu akan memberikan kesan mendalam. Bercerita panjang lebar tentang kisah masa lalu suka, duka dan aib pada saat duduk di bangku sekolah. Menyenangkan bukan bisa mengenang kembali perjalanan saat dulu bersama teman-teman.
Akan banyak cerita berbeda dari mereka yang ikut menghadiri ajakan bukber. Cerita masa lalu, saat ini dan apa yang ingin dilakukan kedepannya. Setiap orang memiliki kisah yang berbeda dan akan saling menceritakan apa yang sudah dilakukannya selama ini.
Namun sayang sekali, tak lama dari reuni ini terkadang ada momen yang tidak mengenakan. Ketika masing-masing dari mereka sudah mulai unjuk diri atas pencapaiannya. Atau bisa dibilang memamerkan dirinya masing-masing. Dia yang menceritakan apa yang sudah didapatkannya selama ini, target yang sudah dicapainya, hingga urusan pekerjaannya atau penghasilannya yang sudah cukup tinggi.
Ada pula yang kemudian membahas perihal keluarga, suami, istri atau anak-anak. Dan dari mereka kemudian sedikit mengejek satu atau beberapa orang yang memang belum menikah, belum dikaruniai keturunan atau berpisah karena satu dan lain hal. Awalnya mungkin hanya sekedar gurauan semata, tapi tahukah bagaimana seseorang bisa tetap tegar untuk tetap bertahan pada situasi tersebut. Hal privasi seperti ini seharusnya tidak perlu diceritakan dan menjadi pembahasan pada momentum buka bersama. Kecuali orang yang bersangkutan tidak masalah dengan hal itu.
Akan berbeda, ketika orang yang sedang diceritakan sedang berada dalam masalah yang luar biasa. Berharap keceriaan yang didapatkan saat bukber akan tetapi malah membuat pikiran kacau kembali. Padahal niat hati ingin mencoba membuka diri dan berbincang tentang kisah masa lalu yang menyenangkan tidak ingin membahas sedikitpun kehidupannya yang memang sedang diperjuangkan.
Reuni tetaplah menjadi reuni, pertemuan teman lama yang menyenangkan hati dengan cerita masa lalu yang memang perlu dikenang kembali. Jangan sampai bukber sebagai wadah reuni malah membebani diri. Sampai akhirnya menjadi trauma dan tidak ingin mengikuti kegiatan bukber pada undangan selanjutnya.
Awas, ini bisa menjadi toxic atau racun bagi diri sendiri. Dan ketika kita memaksa untuk tetap bersama dengan obrolan yang sudah tidak pada porsinya justru tidak sehat bagi mental kita. Tidak ada salahnya apabila ingin ijin pamit pergi lepas dari obrolan yang menurut kalian akan menjadi toxic bagi diri. Buka bersama harusnya menjadi momentum untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Apa yang sedang menjadi beban permasalahan salah seorang dibantu carikan penyelesaiannya. Bukan malah semakin memamerkan pencapaian diri sendiri.
Jangan sampai ketika kita mengetahui kekurangan seseorang lantas dibicarakan. Tentu hal ini akan sangat menyakitkan terutama bagi mereka yang hatinya cukup sensitif. Ini akan menjadi trauma yang mendalam bagi mereka, sehingga kedepannya jika ada acara serupa tidak ingin ikut lagi.
Oleh karena itu, penting sekali dalam memilah dan memilih untuk mengiyakan ajakan buka bersama. Jika memang dirasa mental belum siap atau sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, tidak ada salahnya untuk menolak ajakan bukber. Namun, ketika memang dari kalian sudah rindu berat untuk bertemu kawan lama, silakan gunakan momen buka bersama untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman yang positif.
Jangan mengghibah atau menceritakan orang lain pada momen bukber, jangan pula menceritakan pencapaian diri. Karena tidak semua orang memiliki pencapaian yang sama dengan kita. Hargai mereka yang sudah datang demi bertemu kawan lama. Jangan nodai dengan pamer pencapaian diri.
Jadi, pertimbangkan kembali apakah dengan bukber akan memberikan dampak yang positif atau negatif bagi diri sendiri. Apakah kawan-kawan lama memberikan support atau malah menjadi toxic yang akan membuat mentalmu menjadi down. Semua pilihan ada di tangan masing-masing.
Kalau menurut kalian bagaimana? Bolehkah menolak ajakan bukber jika memang tidak sesuai dengan keinginan hati? Boleh saja, asalkan kita yakin bahwa dengan tidak mengikuti buka bersama itu tidak ada masalah sedikitpun. Hati serta pikiran kita tetap aman dan sehat tanpa adanya toxic yang membahayakan bagi mental. Sehingga, kita juga tidak perlu overthingking dengan pendapat mereka selepas menerima undangan bukber. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H