Angkrik yang sudah digeprek seperti emping kemudian dijemur, tidak perlu berlama-lama apalagi ketika cuaca cerah angkrik akan cepat mengering kurang lebih tiga jam waktu yang dibutuhkan angkrik untuk menguapkan sisa-sisa air yang tersimpan.
Selesai pengeringan, tinggal masuk ke penggorengan selesai digoreng, angkat dan tiriskan selanjutnya tinggal diberikan bumbu tabur sesuai dengan selera atau dinikmati dengan rasa original tanpa tambahan bumbu apapun. Karena rasa yang ditawarkan memang sudah unik tanpa diberi bumbu.
Keripiknya pun kres dan langsung remuk dimulut membuat mulut tidak berhenti mengunyah, dijamin gurih dan renyah. Setelah matang, tinggal dibungkus sesuai dengan pesanan yang ada.
Biasanya Sukirno dan Suwesi membungkus keripik angkrik yang sudah matang dengan ukuran 65 gr. Sehari Sukirno dan Suwesi biasanya menerima pesanan hingga mencapai 2 kg keripik angkrik ketika senggang dan tidak ada pekerjaan lain. Berbeda halnya ketika sedang sibuk, Sukirno dan Suwesi menyiapkan satu kg pesanan angkrik.
Tidak hanya dijual dalam bentuk keripik angkrik, pasangan suami istri itu juga membuat tepung angkrik. Yang pembuatannya pun tidak begitu sulit hanya diparut kemudian parutannya diuleni dengan air lalu disaring dan diendapkan hingga mengering.
Tepung angkrik inilah yang konon banyak dicari oleh masyarakat terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit lambung atau maag. Tekstur tepungnya yang lembut dan mudah dicerna membuat tepung angkrik ini menjadi primadona apalagi bahan bakunya yang langka.
Meskipun usia mereka sudah menginjak setengah abad, namun tidak menyurutkan semangat Sukirno dan Suwesi untuk tetap bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.Â
Covid 19 yang sempat menghambat langkah mereka terbantu dengan adanya adaptasi kebiasaan baru yang ditetapkan oleh Satgas Covid 19 demi menjaga kestabilan ekonomi. Hal ini rupanya menjadi titik awal perjuangan mereka untuk mengembangkan usaha keripik angkrik. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H