Kepada malam yang terik dan bisik,terimalah sedikit ceritaku yang payah dan patah. Melenggang kesana-kemari penuh gunda. Ah, rasaku hilang. Apakah aku masih manusia?Â
Sedang pagi yang dingin selalu kutakuti wujudnya. Sebab dalamnya ada mulut yang meliuk-liuk menyambar dengan kata tanpa rasa. Menghantam semua kepingan semangat yang kususun pelan demi pelan, waktu demi waktu, pada pagi dan siang.Â
Ah sakitnya, aku kehilangan 'aku' dan spirit kemenangan yang dulu tumbuh subur menyalah-nyalah sebagai seorang pemuda. Lihat aku sekarang!!! Aku terperangkap payah pada sangkar warna-warni gemerlapnya panggung sandiwara. Semua menganggapnya indah, tapi indah hanya memeluk tipis-tipis tanpa hangat yang merupa.Â
Sekali lagi di depan cermin yang  maya aku melihat diriku yang hilang. Terenggut kejamnya sandiwara tanpa sekalipun orang mengerti. Benar dekat tapi semuanya terasa jauh, berjarak, dan sesak. Aku tidak punya siapa-siapa untuk berbagi, hanya punya Tuhan yang cintanya melingkupi.Â
Apakah aku masih manusia? Jika rasa sudah terpisah jauh dari hati dan hidup hanya meninggalkan hari ini menuju hari selanjutnya? Coba jelaskan!!!Â