"BBM kaga jadi naik hari ini!" kata Neng.
Ujar Abang, "Oh, gue dah tahu itu. Apa hubungan sama luh?"
"Buset, Bang!" seru Neng kaget, "Gila dah kalau BBM naik. Jatah bensin luh tambah dong. Gaji gue kaga naik tuh. Luh juga apa bisa dapat uang lebih?"
"Sewotnya," kata Abang sambil menyeruput kopi.
"Iyalah gue sewot bin senewen kalau harga-harga naik," ujar Neng, "Kita ini bukan konglomerat, tapi jongkok di kolong dan melarat. Apa mau luh kaga bisa makan atau ngerokok atau kaga punya tempat tinggal?"
Neng mengambil nafas sejenak. Dia sedang bersiap-siap mencurahkan isi hatinya.
"BBM naik, jelas harga barang makin tinggi," ujar Neng, "Mungkin juga si Haji Cerewet naikin harga kontrakannya. Akhirnya semua akan makin tinggi harganya. Kapan kita bisa nafas?"
"Yah, kan ngga jadi naik," kata Abang sambil ngeloyor pergi dengan motor bututnya.
***
"Neng, ada apa?" tanya Putri yang sedang mengontrol bagian produksi.
Neng yang kedapatan melamun kaget. Buru-buru dia melanjutkan pekerjaannya.