Dengan intens, Nurliana mengatakan apapun yang dia lakukan. Misalnya "Minum susu", "Makan biskuit", "Oppie mandi", dan lainnya.
Suatu hari, Nurliana menemukan website Generos. Dari situlah Nurliana mengetahui Generos sebagai nutrisi kecerdasan otak.
Nurliana tertarik dengan informasi yang tersedia di website Generos. Awalnya dia tidak tahu tentang keterlambatan bicara. Berita berikut ini yang menggugah kesadarannya.
Generos Indonesia
Orang tua wajib waspada, 5 - 8% anak di Indonesia mengalami keterlambatan bicara dan meningkat setiap tahunnya.
Kepalang basah, Nurliana mempelajari tentang keterlambatan bicara. Tanda-tandanya adalah gangguan bicara, gagap, tantrum, pasif, dan terlambat jalan. Lalu dia lebih dalam menggali dari artikel Kenali Faktor Penyebab Speech Delay pada Anak.
Dari penelusurannya, Nurliana menemukan jika keterlambatan adalah gejala awal autisme atau  kekurangan nutrisi otak. Hal itu dibacanya di artikel Speech Delay pada Balita, Perhatikan Nutrisinya!
Desti Silviana, Public Relation Generos Indonesia, mengatakan jika nafsu makan anak baik, maka pertumbuhan saraf otak dan tumbuh kembangnya juga optimal.
Selangkah maju, Nurliana menemukan artikel Waspada, Speech Delay Pengaruhi Akademik Anak, loh! Ternyata, keterlambatan bicara berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial anak.
Saat anak masih bayi, seperti Oppie, Nurliana sulit mendeteksi potensi keterlambatan bicara. Namun, Nurliana menemukan angin segar di artikel Hari Mendongeng: Terapi Speech Delay yang Efektif.Â
"Membacakan cerita dapat merangsang tumbuh kembang kemampuan otak anak," kata Nurliana. "Saya akan lakukan yang terbaik. Membacakan cerita toh mudah. Seandainya ada masalah, pasti akan segera tampak."