Ancaman Indonesia Mengalami Resesi Ekonomi
Kompas.com melansir bahwa Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan para pengamat memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan negatif akibat Covid-19. Dengan kata lain, ada kemungkinan resesi ekonomi.
Selama ini, produksi dan konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi terbesar untuk pertumbuhan ekonomi. Namun saat ini, nilainya minus 5,51 persen dan menjadi sumber tekanan tertinggi terhadap perekonomian.
Ketua BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa lesunya kinerja konsumsi terlihat dari berkurangnya penjualan eceran. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, yang mengatakan bahwa anjloknya bisnis retail disebabkan oleh daya beli masyarakat yang merosot dan adanya pembatasan aktivitas perkantoran.
Kelompok lainnya yang mengalami tekanan ekonomi adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB). PMTB mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 8,61 persen. Dimana PMTB merupakan komponen investasi, seperti bangunan, mesin dan perlengkapan, kendaraan, dan perlengkapan lainnya.
Penyebab lain ekonomi tertekan adalah menurunnya indeks kepercayaan konsumen, serta berkurangnya penjualan motor dan mobil.
Pemulihan Ekonomi Nasional
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengatakan bahwa proses pemulihan ekonomi Indonesia akan berlangsung sangat lambat, karena tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.
Oleh karena itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance, Tauhid Ahmad, mengatakan bahwa pemerintah harus membuat berbagai terobosan baru untuk memulihkan perekonomian.
Indonesia perlu belajar dari Cina. Di awal pandemi Covid-19, pertumbuhan domestik bruto (PDB) negara Tirai Bambu ini negatif. Namun memasuki bulan kelima, Â pertumbuhan ekonominya kembali positif, yaitu 3,2%.
Cina menangani Covid-19 dengan baik. Mereka melakukan pemeriksaan besar-besaran di berbagai tempat. Disamping itu, perekonomiannya cepat pulih sebab dana stimulus cepat disalurkan kepada masyarakat.
Mendukung tentang percepatan pemulihan ekonomi, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani, mengatakan bahwa anjloknya pertumbuhan ekonomi terjadi karena lambatnya penyaluran bantuan.