Mohon tunggu...
Lili Mobalen
Lili Mobalen Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potret Wadah Berdagang Beralaskan Tanah di Atas Tanah Leluhur

26 November 2013   14:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“POTRET WADAH BERDAGANGBERALASKAN TANAH DI ATASTANAH LELUHUR”

Kita tentu tahu bahwa pasar adalah tempat bertemunya konsumen dan produsen. Berbicara mengenai wadah berdagang , penulis mencoba mengangkat kasus wadah bedagang masyarakat asli papua yang bermukim di wilayah kota Sorong atau yang lebih dikenal dengan daerah “ kepala burung “ yangsangat memprihatinkan .Di wilayah kota sorong terdapat sebuah pasar swalayan yang diberi nama” pasar central” kota sorong .Pasar ini banyak dikunjungi pembeli yang mencari bahan pamenuhan kebutuhan hidup mereka sehari – hari .

Perlu kita ketehui bahwawalaupun pasar tersebut berada di wilayah pemerintah kotaSorongnamun , Pasar ini merupakan salah satu asetpemerintah daerah kabupaten sorong . Seperti yang kita saksikan di daerah kota Sorong , pasar ini hampir tidak tertata dengan baik . Apakah ini salah pemerintah sebagai pengelola sa lah satu infrastrukturdaerah , ataukan kurang adanya kesadaran dari oknum produsen yang menggunakan pasar sebagai tempat mencari nafkah atau wadah menjalankan usaha mereka .

Jika kita melihat kondisi kota sosrong saat ini , bukan saja dihuni oleh masyarakat pribumi namun hampir 70% adalah kaum pendatang .Oknum pendatang biasanya diset dengan sebutan “orang amber “ oleh masyarakatpribumi.Tidak perlu heran dengan melihat kondisi ini . Kota sorong adalah pintu masukProvinsi Papua dan Papua barat . Siapapun yang hendak mengunjungi wilayah Papua , pastilah melewati kota sorong sebelum tiba di daerah tujuanya di wilayah Bumi cenderawasih ini. Banyak oknum pendatang yang datang ke kota ini , dengan tujuan yang berbeda . Ada yang datang karena tugas kerja mereka , ada juga yang datang untuk mengaduh nasibatau dengan kata lain mencari kerja . Sehingga tak heran jika di wilayah ini bukan hanya masyarakat pribumi Papua yang mendiami tanah leluhur mereka .

Berbicara mengenai tempat berdagang yang terdapat di pasar central , agak memeilukan hati jika kita menyaksikan kondisi pedagang pribumi yang berjualan di sana . Tidak sama seperti kota –kota lain di kawasan Nusantara , sudah tentu pasar daerah itu akan dipenuhi oleh pedagang yang merupakan kaum pribumi daerah tersebut . Tetapi jika kita saksikan di kota Sorong hal ini tidaklah berlaku sepenuhnya . Mengapa dikatakan demikian , karena bukti real yang terjadilah yang menjadi landasan statement tersebut.

Banyak pedagang yang dengan nyamanya medapatkn tempat berjualan , untuk berdagang di dalam pasar . Namun halini tidaklah berlaku bagi pedagang pribumi yang berjualan di pasar tersebut . Hampir semua los yang dibangun yang tedapat di pasar central , hanya didiami atau difungsikan oleh oknum pendatang yang berjualan di sana .Sedangkan pedagang yang merupakan oknum pribumi , tidaklah mendapatkan hal yang sama .

Pedagang pribumi yang berdagang di pasar central memang tidak seberapa jumlahnya jika di banding dengan , pedagang yang merupakan oknum pendatang . Hampir 99% pedagang yang berdagang di sana adalah pedagang , atau kaumpendatang .Yang mejadi pertanyaan ,mengapa pemerintah dapat menyediakan tempat yang layak bagi saudara-saudar kita dari seberang ,? namun mama-mama Papua yang berdagang , tidak mendapatkan hal yang sama ? Apakah inibukti bahwa , pemerintah terkait yang tetap menutup mata dengan keadaan ini ?

Orang Papua selalu mengatakan bahwa , orang Papua harus menjadi tuan di negerinyasendiri . Hal ini tela terbukti , dengan adanya mimpin negeri ini yang merupakan putra daerah negeri ini . Namun sayangnya hal seperti yang telah diuraikan di atas tidaklah menjadi perhataian khusus dari anak – anak negeri ini , tersebut .

KaLau kita saksikan betapa malangnya nasib mama-mama papua yangberdagang di pasar central . Hari demi hari , tak pernah ada perubahan yang mereka dapatkan . Tempat berjualan yang mereka miliki sangat tak layak . Mereka berjualan di atas tanah leluhur mereka, tapi tidak mendapatka tempat yang layak . Mereka boloeh berbangga , mencari nafkah diatas tanah leluhur mereka , tapi tidak dengan tampat yang mereka dapatkan untuk , meletakan barang dagangan mereka . Mereka berdagang hanya “ beralaskan tanah dan bereatapkan langit”. Sungguh kondisi yang statis , yang dapat di saksikan hari lepas hari .

Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah , agar masyarakat pribumi yang adajuga dapat merasakan hala yang sama. Bila perlu pemerintah terkait , menyediakan tempt khusus sebagai wadah berjualan bagi mama-mama papua . Agarapapun yang di hasilkan oleh mereka , baik kerajainan tangan ,hasil pangan , dan lain sebagainya dapat merekamerindistribusikan di tempat yang layak , yang telah di sediakan oleh pemerintah .

·Gambar ini di dapatkan dari gogle image .

·Gambar ini diperoleh darihttp//:tabloidjubi.com/3013/07/17/pedagang-papua-masih-terlntar

Profil penulis

Penulis bernama Lili Mobalen , lahir di kota sorong pada tanggal ; 31 maret 1992.Berasal dari suku moi . Ayah berasal dari suku moi , dan ibu berasal dari jayapura (asei pulau ).Penulis berakuliah di Universitas Muhammadiyah Sorong.Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Tinggal di wilayah kota sorong , dengan alamat :Jl .Pendidikan .km 8 kota sorong .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun