“POTRET WADAH BERDAGANGBERALASKAN TANAH DI ATASTANAH LELUHUR”
Kita tentu tahu bahwa pasar adalah tempat bertemunya konsumen dan produsen. Berbicara mengenai wadah berdagang , penulis mencoba mengangkat kasus wadah bedagang masyarakat asli papua yang bermukim di wilayah kota Sorong atau yang lebih dikenal dengan daerah “ kepala burung “ yangsangat memprihatinkan .Di wilayah kota sorong terdapat sebuah pasar swalayan yang diberi nama” pasar central” kota sorong .Pasar ini banyak dikunjungi pembeli yang mencari bahan pamenuhan kebutuhan hidup mereka sehari – hari .
Perlu kita ketehui bahwawalaupun pasar tersebut berada di wilayah pemerintah kotaSorongnamun , Pasar ini merupakan salah satu asetpemerintah daerah kabupaten sorong . Seperti yang kita saksikan di daerah kota Sorong , pasar ini hampir tidak tertata dengan baik . Apakah ini salah pemerintah sebagai pengelola sa lah satu infrastrukturdaerah , ataukan kurang adanya kesadaran dari oknum produsen yang menggunakan pasar sebagai tempat mencari nafkah atau wadah menjalankan usaha mereka .
Jika kita melihat kondisi kota sosrong saat ini , bukan saja dihuni oleh masyarakat pribumi namun hampir 70% adalah kaum pendatang .Oknum pendatang biasanya diset dengan sebutan “orang amber “ oleh masyarakatpribumi.Tidak perlu heran dengan melihat kondisi ini . Kota sorong adalah pintu masukProvinsi Papua dan Papua barat . Siapapun yang hendak mengunjungi wilayah Papua , pastilah melewati kota sorong sebelum tiba di daerah tujuanya di wilayah Bumi cenderawasih ini. Banyak oknum pendatang yang datang ke kota ini , dengan tujuan yang berbeda . Ada yang datang karena tugas kerja mereka , ada juga yang datang untuk mengaduh nasibatau dengan kata lain mencari kerja . Sehingga tak heran jika di wilayah ini bukan hanya masyarakat pribumi Papua yang mendiami tanah leluhur mereka .
Berbicara mengenai tempat berdagang yang terdapat di pasar central , agak memeilukan hati jika kita menyaksikan kondisi pedagang pribumi yang berjualan di sana . Tidak sama seperti kota –kota lain di kawasan Nusantara , sudah tentu pasar daerah itu akan dipenuhi oleh pedagang yang merupakan kaum pribumi daerah tersebut . Tetapi jika kita saksikan di kota Sorong hal ini tidaklah berlaku sepenuhnya . Mengapa dikatakan demikian , karena bukti real yang terjadilah yang menjadi landasan statement tersebut.
Banyak pedagang yang dengan nyamanya medapatkn tempat berjualan , untuk berdagang di dalam pasar . Namun halini tidaklah berlaku bagi pedagang pribumi yang berjualan di pasar tersebut . Hampir semua los yang dibangun yang tedapat di pasar central , hanya didiami atau difungsikan oleh oknum pendatang yang berjualan di sana .Sedangkan pedagang yang merupakan oknum pribumi , tidaklah mendapatkan hal yang sama .
Pedagang pribumi yang berdagang di pasar central memang tidak seberapa jumlahnya jika di banding dengan , pedagang yang merupakan oknum pendatang . Hampir 99% pedagang yang berdagang di sana adalah pedagang , atau kaumpendatang .Yang mejadi pertanyaan ,mengapa pemerintah dapat menyediakan tempat yang layak bagi saudara-saudar kita dari seberang ,? namun mama-mama Papua yang berdagang , tidak mendapatkan hal yang sama ? Apakah inibukti bahwa , pemerintah terkait yang tetap menutup mata dengan keadaan ini ?
Orang Papua selalu mengatakan bahwa , orang Papua harus menjadi tuan di negerinyasendiri . Hal ini tela terbukti , dengan adanya mimpin negeri ini yang merupakan putra daerah negeri ini . Namun sayangnya hal seperti yang telah diuraikan di atas tidaklah menjadi perhataian khusus dari anak – anak negeri ini , tersebut .
KaLau kita saksikan betapa malangnya nasib mama-mama papua yangberdagang di pasar central . Hari demi hari , tak pernah ada perubahan yang mereka dapatkan . Tempat berjualan yang mereka miliki sangat tak layak . Mereka berjualan di atas tanah leluhur mereka, tapi tidak mendapatka tempat yang layak . Mereka boloeh berbangga , mencari nafkah diatas tanah leluhur mereka , tapi tidak dengan tampat yang mereka dapatkan untuk , meletakan barang dagangan mereka . Mereka berdagang hanya “ beralaskan tanah dan bereatapkan langit”. Sungguh kondisi yang statis , yang dapat di saksikan hari lepas hari .
Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah , agar masyarakat pribumi yang adajuga dapat merasakan hala yang sama. Bila perlu pemerintah terkait , menyediakan tempt khusus sebagai wadah berjualan bagi mama-mama papua . Agarapapun yang di hasilkan oleh mereka , baik kerajainan tangan ,hasil pangan , dan lain sebagainya dapat merekamerindistribusikan di tempat yang layak , yang telah di sediakan oleh pemerintah .
·Gambar ini di dapatkan dari gogle image .
·Gambar ini diperoleh darihttp//:tabloidjubi.com/3013/07/17/pedagang-papua-masih-terlntar
Profil penulis
Penulis bernama Lili Mobalen , lahir di kota sorong pada tanggal ; 31 maret 1992.Berasal dari suku moi . Ayah berasal dari suku moi , dan ibu berasal dari jayapura (asei pulau ).Penulis berakuliah di Universitas Muhammadiyah Sorong.Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Tinggal di wilayah kota sorong , dengan alamat :Jl .Pendidikan .km 8 kota sorong .