Mohon tunggu...
Lili Andriani
Lili Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan Seorang Ibu Tunggal dalam Mengarungi Hidup di Kota Pontianak

11 April 2024   11:45 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak dapur (dok. pribadi)

Di Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, saya memiliki kesempatan untuk mewawancarai Ibu Kim Tjin, seorang penerima manfaat bantuan sosial dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang berusia 56 tahun. Ibu Kim telah menjalani dua kali pernikahan. Dari pernikahan pertamanya, beliau memiliki tiga anak, sedangkan dari pernikahan keduanya, hanya memiliki satu anak. Setelah suami keduanya meninggal dunia, Ibu Kim berperan sebagai orang tua tunggal yang bertanggung jawab dalam mengurus keluarganya. Dua dari tiga anaknya dari pernikahan pertama telah memilih untuk bekerja di Jakarta, sementara satunya lagi bekerja di Sarawak, Malaysia. Anaknya dari pernikahan kedua, saat ini masih bersekolah dan sedang menempuh pendidikan di tingkat kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu, sekarang Ibu Kim hanya tinggal berdua bersama anaknya yang masih bersekolah.

Ibu Kim merupakan seorang ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar (SD). Sebelumnya, Ibu Kim pernah bekerja dengan menjual berbagai jenis kue seperti chai kue dan lapis kukus, serta mengumpulkan barang bekas untuk dijual. Pendapatan yang diperolehnya pada saat itu berkisar antara Rp30.000,- hingga Rp40.000 per hari, yang biasanya pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk membeli lauk. Namun belakangan ini, Ibu Kim telah berhenti dari pekerjaannya tersebut, karena penjualan kue yang beliau jual kurang laku atau kurang peminatnya, dan ditambah lagi dengan badannya yang sering sakit, terutama pada bagian kaki dan pinggang. Hal ini mengakibatkan Ibu Kim tidak mampu berdiri terlalu lama atau melakukan aktivitas yang berat.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Ibu Kim mengandalkan bantuan sosial dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan uang kiriman dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Ibu Kim menerima kiriman uang bulanan sebesar Rp200.000,- hingga Rp300.000,- dari setiap anaknya. Namun dari tiga anaknya, tidak selalu semua mengirimkan uang secara rutin dan jumlah uang yang dikirimkan juga tidak konsisten, sehingga terkadang Ibu Kim harus meminta anak-anaknya untuk mengirimkan uang. Dari pendapatan yang diperoleh, Ibu Kim mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membeli kebutuhan pangan, memberikan uang jajan kepada anak, bensin, dan biaya listrik sekitar Rp50.000,- per bulan. Sehari-harinya, Ibu Kim menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sambil melakukan pekerjaan rumah tangga, dengan bantuan anaknya. Dalam mengelola keuangan rumah tangganya, Ibu Kim mengakui bahwa ia dan anaknya cenderung memilih makanan yang lebih ekonomis untuk dikonsumsi, seperti sayur dan ikan, daripada daging karena harganya yang mahal. Meskipun demikian, mereka tetap mengonsumsi makanan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

Tampak dalam rumah (dok. pribadi)
Tampak dalam rumah (dok. pribadi)

Ibu Kim dan anaknya tinggal di rumah yang merupakan milik sendiri, dengan luas rumah sebesar 10 x 6 meter dan tanah 15 x 7 meter. Rumahnya memiliki dinding setengah tembok, atap berbahan seng, serta lantai rumahnya menggunakan papan kayu dan plester semen. Rumah tersebut memiliki empat ruangan, yang terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, dan dapur. Untuk kebutuhan air minum, Ibu Kim dan anaknya mengonsumsi air hujan, sedangkan untuk mandi dan mencuci, mereka menggunakan air kolam. Untuk tempat mandi dan buang air mereka menggunakan WC sendiri yang sudah dilengkapi dengan septic tank. Untuk memasak, Ibu Kim menggunakan gas sebagai bahan bakar. Penerangan di rumahnya menggunakan lampu listrik dengan daya sebesar 450 Watt. Dalam hal kesehatan, ketika sakit, Ibu Kim dan anaknya berobat di puskesmas dengan menggunakan BPJS Kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya atau gratis. Kendaraan yang dimiliki oleh Ibu Kim yaitu, satu unit sepeda motor bekas dengan pajak yang sudah mati. Ibu Kim mengatakan bahwa motor tersebut hanya digunakan untuk perjalanan jauh, guna menghemat pengeluaran bensin. Selain itu, Ibu Kim juga memiliki beberapa aset elektronik di rumah, yaitu televisi berukuran 21 inch, kulkas, rice cooker, kipas angin, dan handphone yang masing-masing berjumlah 1 unit.

Tampak dapur (dok. pribadi)
Tampak dapur (dok. pribadi)

Jenis bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) yang diterima oleh keluarga Ibu Kim adalah bansos PKH kategori anak sekolah. Awalnya Ibu Kim menerima bantuan berupa uang sebesar Rp375.000,- per bulan, namun kemudian jumlah uang tersebut berkurang menjadi Rp250.000,- setiap bulannya. Uang tersebut dapat diambil di Bank BRI dengan menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang diberikan. Selain bantuan PKH, Ibu Kim juga menerima bantuan cadangan pangan dari Badan Urusan Logistik (BULOG) berupa beras sebanyak 10 kilogram per bulan, dan kadang-kadang mendapat 20 kilogram setiap dua bulan, yang dapat diambil di kantor lurah. Terkadang jika Ibu Kim tidak mendapatkan informasi dari tetangga tentang ketersedian bantuannya, maka ia sering tidak mengetahui waktu di mana bantuan tersebut bisa diambil. Ibu Kim sudah menerima bantuan sosial ini selama kurang lebih 5 tahun dan proses pengajuan bantuannya dilakukan dengan cara beliau datang langsung ke kantor lurah sambil membawa kartu keluarga dan KTP. Ibu Kim mengakui bahwa meskipun pendapatannya masih terbatas, namun kebutuhan dasar keluarganya menjadi sangat terbantu dengan adanya bantuan sosial yang ia terima selama ini.

(Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun