Sebagai calon petahana, tidak tepat waktunya bagi Ahok untuk mengumbar janji kepada warga DKI Jakarta. Seharusnya moment Pilkada dan kampanye ini menjadi waktu untuk Ahok memberikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat yang dipimpinnya. Demikianlah yang seharusnya, sebab Ahok sudah diberi kesempatan untuk memimpin dan memegang kekuasaan di tangannya sebagai orang nomor satu di Jakarta.
Namun, bukannya memberikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat, Ahok justru lebih banyak mengumbar janji-janji baru. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesalahan dalam proses maupun gaya kepemimpinan Ahok. Artinya, Ahok sebagai pemimpin absen selama lima tahun sebelumnya dan karena itu menjanjikan ulang apa yang seharusnya ia lakukan selama lima tahun itu.
Karena itu, kita sebagai masyarakat tidak respek dan tidak simpati apalagi bergembira dengan program-program yang Ahok tawarkan dan janjikan hari ini. Misalnya, untuk apa Ahok menjanjikan bedah rumah yang tidak layak huni selama masa kampanye ini, bukankah Ahok punya waktu lima tahun untuk melakukannya jika ia memang peduli kehidupan rakyat kecil? Untuk apa Ahok menjanjikan rumah murah bagi warga dengan penghasilan tidak mencukupi jika hal tersebut bisa ia perbuat selama menjabat?
Ketika Ahok tidak mampu memberi laporan pertanggungjawabannya kepada masyarakat hari ini, maka sama artinya dengan kinerja Ahok selama menjadi gubernur tidak lah memuaskan. Sebab, jika Ahok dapat merealisasikan perbaikan kehidupan bagi warga Jakarta, maka seharusnya dia bisa berbangga hati dengan keberhasilan tersebut hari ini, bukan justru memberi angina sorga baru bagi masyarakat.
Jika pasangan lawannya banyak memberi janji, hal tersebut wajar karena mereka tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membuktikan janji mereka. Tapi, ketika petahana yang banyak mengumbar janji, maka sama artinya dengan satu hal, yakni kepeduliannya bersifat dadakan selama musim Pilkada. Artinya, jika musim Pilkada sudah berlalu, maka berlalu pula kepedulian dan empati kepada kehidupan rakyat kecil, rakyat miskin kota, yang kehidupan mereka sangat menderita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI