Mohon tunggu...
Lily Elbe
Lily Elbe Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Warga DKI; Asal Bukan Ahok

8 Maret 2017   10:54 Diperbarui: 8 Maret 2017   20:00 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil survey yang baru dirilis oleh Media Survey Indonesia (Median) pastinya membuat para pendukung dan mesin politik pengusung Ahok-Djarot ketar-ketir. Pasalnya, selain hasil survey tersebut menunjukkan elektabilitas Anies-Sandi mengungguli Ahok-Djarot, ada pesan lain yang cukup menohok, yakni fenomena “asal bukan Ahok”.

Menurut hasil survey Median tersebut, elektabilitas Anies-Sandi 46,3 persen, sedangkan Ahok-Djarot memperoleh 39,7 persen. Peningkatan elektabilitas Anies-Sandi berasal dari pendukung Agus-Sylvi yang beralih dukungan. 10 persen mendukung Ahok-Djarot, sementara ada 35 persen yang mendukung Anies-Sandi.

Yang menarik dari hasil survey Median di atas bukan terletak pada angka-angka yang masih sangat dinamis. Yang cukup mengejutkan tidak hanya bagi para pendukung Ahok-Djarot tapi bagi para pengamat politik adalah mengenai tingginya resistensi masyarakat terhadap keberadaan Ahok. Sebab, ketika responden, terutama pendukung Agus-Sylvi, ditanya mengapa mendukung Anies-Sandi, jawaban mereka cukup mengejutkan. Yakni, asal bukan Ahok.

Resistensi warga DKI Jakarta terhadap Ahok sangat wajar. Sebab, Ahok tidak memiliki sisi sentimentil ketika berhadapan dengan warga. Dia misalnya sangat sulit menjaga emosi dan ucapannya. Bahkan  tidak jarang ia menggunakan kata-kata kasar nan jorok untuk memarahi bawahan atau warga. Kebijakannya untuk menggusur warga di bantaran kali juga dilakukan dengan metode-metode kurang manusiawi, mengabaikan dialog dan musyawarah. Ahok lebih suka menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang selalu benar di depan warganya.

Resistensi masyarakat terhadap pemimpinnya dengan ucapan “asal bukan” dapat menjadi pelajaran bagi calon-calon pemimpin di berbagai level. Sebab, resistensi masyarakat menandakan ata sistem kepemimpinan dan roda pemerintahan yang tidak berjalan dengan baik. Akhirnya, masyarakat punya cara sendiri untuk mengoreksi pemimpinnya, salah satunya adalah resistensi.

Resistensi terhadap Ahok sebenarnya bukan kali ini saja terlihat. Ahok pernah diusir dan dikejar-kejar oleh warga yang tidak menyukai keberadaannya. Tapi, lantaran Ahok hanya melihat kesalahan warga, dia tidak membenahi sikap dan perkataannya. Akhirnya, kemungkinan Ahok akan terpental dari putara kedua pilgub DKI Jakarta semakin besar, sebab masyarakat sudah memilih “asal bukan Ahok”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun