Mohon tunggu...
Salwa Ratri Wahyuni
Salwa Ratri Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

fortis fortuna adiufat (keberuntungan berpihak kepada mereka yang berani)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Prosesi Bajapuik, Tradisi Beraliran Matrilinealisme Berupa Menjemput Mempelai Pria Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Pariaman

23 April 2024   08:33 Diperbarui: 23 April 2024   10:54 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sidadok.disbud.sumbarprov.go.id/opk/adat-istiadat/kawin-bajapuik

Jika mempelai laki-laki telah tiba di rumah mempelai perempuan maka marapulai akan disandingkan dengan anak daro. Payung kuning akan dipasang diluar rumah sebagai penanda sedang terlaksananya pesta pernikahan. Pada acara basandiang biasanya diadakan penampilan tarian khas Minangkabau yang diiringi dengan musik tradisional.

  • Malam Bainai

Prosesi ini biasanya diadakan pada malam hari sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Pada proses ini, jari-jari mempelai pengantin perempuan akan dipasangkan daun inai. Di tahap ini pula orang-orang terdekat dari mempelai pengantin akan memberi semangat agar mempelai pengantin tidaj gugup pada hari h pernikahan

  • Badantam/Badoncek/Baturun-turun.

Badantam atau badoncek merupakan kegiatan mengumpulkan uang dari sanak keluarga yang sedang melangsungkan pernikahan. Tradisi ini dapat digunakan untuk membangun kampung halaman baik dari orang yang sedang berada di rantau maupun yang berdomisili di daerah Pariaman (Armaidi Tanjung, 2012:172-174).  Badoncek dilakukan pada saat malam bainai. Uang yang dikumpulkan tersebut akan digunakan untuk membantu keluarga anak daro dalam melangsungkan pernikahan.

  • Bainduak Bako / Babako Babaki

Pada saat acara bainduak bako, keluarga dari pihak ayah akan datang kerumah calon anak daro atau pengantin perempuan bersama-sama dan membawa buah tangan berupa uang, perlengkapan, emas, pakaian, dan lauk pauk yang sudah matang, bahan perlengkapan dapur, dan aneka macam kue-kue. Pada saat kedatangan rombongan keluarga ayah ini akan diiringi oleh musik tradisional (Kasim,1997:17).

  • Manjalang Mintuo / Mengunjungi Mertua.

Manjalang mintuo sama seperti halnya tradisi ngunduh mantu di jawa. Prosesi ini diselenggarakan oleh pihak laki-laki, agar anak daro makin mengenal keluarga marapulai. Keluarga anak daro yang datang mengunjungi kediaman marapulai akan membawa berbagai makanan, seperti rendang, singgang ayam, dan berbagai macam bolu. Keluarga anak daro yang datang nantinya akan disambut dengan tari pasembahan atau tari gelombang.

  • Manduo

Umumnya manduo dilaksanakan setelah satu atau dua hari acara manjalang mintuo. Tujuannya adalah doa bersama guna keharmonisan rumah tangga kedua mempelai, serta agar keluarga kedua belah pihak akrab dan saling kenal mengenal.

  • Pulang malam

Pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dengan membawa peralatan dan pakaiannya sendiri, diiringi oleh 3 hingga 5 orang, dan kemudian akan pulang antara jam 4 sampai jam 5. Selanjutnya, jumlah orang yang mendampingi pihak laki-laki akan berkurang setiap harinya hingga hanya tersisa pengantin pria itu sendiri.

Demikian,  serangkaian prosesi dalam adat  perkawinan bajapuik. Namun, kawin bajapuik tidak termasuk dalam rangkaian upacara perkawinan di Minangkabau karena merupakan tradisi terpisah yang memiliki prosesi khusus dan berdiri sendiri, berbeda dengan rangkaian upacara perkawinan Minangkabau lainnya yang terkait erat dengan satu kesatuan, seperti pasambahan atau petatah-petitih antar mamak kaum.

Bagi masyarakat Pariaman, budaya bajapuik adalah hal yang lazim, tetapi banyak anggapan dari masyarakat luar yang berpandangan bahwa tradisi ini bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat agama Islam. Padahal budaya bajapuik dalam masyarakat Pariaman mengandung makna penting sebagai wujud penghargaan dan penghormatan terhadap peran laki-laki. Uang japuik yang diberikan oleh pihak perempuan kepada laki-laki melambangkan pengakuan atas peran ganda mereka sebagai kepala keluarga dan mamak bagi kaumnya, serta tanggung jawab besar terhadap istri dan keluarga. Melalui tradisi ini, tercipta saling penghargaan antara pihak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Pariaman, di mana penerimaan uang japuik oleh laki-laki juga menandai sikap timbal balik dan penghargaan yang akan diberikan oleh perempuan. Jumlah uang japuik yang diberikan oleh pihak perempuan tidaklah menjadi beban, karena besarnya jumlah tersebut telah disepakati secara sukarela antara kedua belah pihak tanpa adanya paksaan. Uang japuik yang diberikan kemudian dapat digunakan untuk keperluan bersama dalam kehidupan pernikahan.

Kawin bajapuik tidak hanya sekadar sebuah upacara pernikahan, melainkan juga merupakan warisan budaya yang kaya dan bernilai dalam masyarakat Minangkabau. Melalui serangkaian prosesi khusus dan tradisi yang melekat, kawin bajapuik tidak hanya mempererat ikatan antara kedua mempelai, tetapi juga memperkuat hubungan antara keluarga dan komunitas. Keberadaannya menjadi bagian integral dari identitas budaya Minangkabau yang perlu dilestarikan dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.

Referensi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun