Kurikulum merdeka belajar belakangan ini sedang hangat diperbincangkan dalam dunia pendidikan. Kurikulum yang dianggap bisa menjadi salah satu upaya perbaikan pembelajaran yang semakin menahun semakin tergencet oleh perkembangan teknologi ini dianggap bisa menjadi salah satu alternatif perbaikan dalam pembelajaran. Dengan mengedepankan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai dengan pendidikan Pancasila yang dicanangkan oleh pemerintah.Â
Seperti yang sama-sama kita ketahui, pembentukan karakter anak pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat banyaknya informasi-informasi dari sosial media yang sangat tidak tersaring karena mudahnya akses sosial media yang bisa dikunjungi oleh anak. Kemudahan akses tersebut menyebabkan tidak tersaringnya informasi yang bisa diterima siswa, seringkali informasi yang bisa diakses adalah informasi-informasi negatif dan belum jelas kebenarannya.
Selanjutnya, ketika pertama kali pemerintah mencanangkan pembelajaran dengan berbasis merdeka belajar ini banyak sekali yang masih miskonsepsi terhadap kurikulum ini terutama dari siswa itu sendiri. Banyak siswa yang menganggap kurikulum merdeka belajar ini berarti siswa bisa belajar dengan merdeka sesuai dengan keinginan mereka.Â
Padahal pada praktiknya merdeka belajar yang dimaksud ini adalah sistem pembelajaran yang mengedepankan minat dan bakat yang dimiliki siswa agar apa yang siswa miliki tersebut bisa lebih terasah. Perlu banyak pemahaman terkait rencana kurikulum baru ini, agar apa yang ingin dicapai oleh pemerintah bisa tercapai sesuai dengan rencana atau bahkan lebih baik dari yang diharapkan.
Berdasarkan survey pada siswa SMAN 3 Kabupaten Tangerang, banyak siswa yang mengatakan bahwa belajar merdeka ini dimaknai sebagai proses pembelajaran yang di mana siswa bisa bebas memilih materi yang mereka minati dan menghilangkan materi yang tidak mereka minati. Yang artinya, jika satu siswa tidak minat pada pembelajaran matematika maka siswa bisa memilih untuk tidak mengampu pelajaran tersebut dan bisa terbebas dengan pelajaran matematika itu sendiri.Â
Inilah salah satu miskonsepsi yang terjadi di lingkup siswa. Hal tersebut bisa dikatakan belajar merdeka. Tentunya itu menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat untuk para guru agar bisa memberikan pemahaman yang lebih lagi terhadap kurikulum baru ini. Bahwa hal yang dicanangkan oleh pemerintah ini bukanlah belajar dengan merdeka melainkan kurikulum merdeka belajar. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H