Hampir setiap wanita menjadikan pernikahan sebagai sebuah jalan keluar. Entah jalan keluar dari masalah, orang tua, tuntutan, sebuah ajang, dan usia. Mereka memiliki ekspektasi bahwa pernikahan adalah hadiah yang akan menyelamatkan dan akan sangat membahagiakan.
Realitanya tidak.
Angka perceraian semakin melambung. Sedangkan angka pernikahan semakin surut. Hal ini bahkan tidak dianggap sebagai sebuah fenomena, tetapi sebuah trend. Yang menikah akan mengadakan sebuah pernikahan Impian. Saat bercerai, mereka akan merayakan status baru dengan konten seakan telah lepas dari beban berat di media sosial.
Lalu untuk apa menikah jika akhirnya bercerai.
Pernikahan tidak akan menyelesaikan masalah, justru masalah yang sebenarnya adalah pernikahan. Jika tujuan menikah hanya untuk bahagia, maka jangan menikah!. menikah adalah tempat dimana kita harus bekerja sama agar bisa bahagia ditengah keadaan yang sangat sulit untuk bahagia. Jika hanya mengandalkan ekspektasi, pasti akan kecewa lalu mengakhirinya.
Dalam pernikahan, kita tidak bisa saling memberi andil 50%. Ada kalanya istri memberi andil 75% dan suami 25%. Adakalanya istri memberi andil 25% dan suami 75%. Tidak ada yang adil dalam pernikahan. Kita tidak akan mendapatkan balasan yang sama dengan apa yang kita berikan.
Seorang guru pernah berkata bahwa menikah itu membutuhkan hati yang luas.
Ternyata pernikahan memang tentang beberapa hal:
1. Menerima satu sama lain.
Bukan hanya kelebihannya, tapi juga kekurangan dan keburukannya. Realita penerimaan memang sangat sulit,kenapa?. Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang. Sebuah ibadah tidak akan mudah dijalani. Akan selalu ada kerikil, ombak, bahkan badai.