Setiap tanggal 10 Oktober, diperingati sebagai hari kesehatan jiwa sedunia (World Mental Health Day). Ironisnya hari ini kita sedang disuguhi pemandangan aksi ketidaksehatan mental dua manusia yang menyerang secara membabi buta dan menusuk Pak Wiranto (Menkopolhukan), yang juga mengenai tiga orang lainnya.Â
Sebagaimana diketahui dua orang yang berinisial FD dan SA, sepasang suami istri yang diketahui telah terpapar ideologi radikal jaringan teroris.Â
Kita semua tentu patut prihatin, sebab kehidupan kita masih terancam menghadapi perilaku yang disebabkan ketidaksehatan mental/jiwa/batin manusia. Semoga dari peristiwa tersebut kita menjadi lebih peduli terhadap nasib anak bangsa sebagai generasi penerus kita nanti.
Kesehatan mental berkaitan dengan kondisi batiniyah atau kejiwaan seseorang, yang gampang-gampang sulit untuk dilihat dan diketahui dengan pasti, apalagi jika mereka bersikap diam dan nampak baik-baik saja secara fisik (lahiriyah).Â
Sedangkan yang menjadi penentu baik-tidaknya seseorang itu sesungguhnya apa yang dibalik fisik/lahiriyahnya tersebut, yaitu jiwa/batinnya. Oleh karena itu Allah melihat bukan pada jasad luar seseorang, tetapi melihat pada hati seseorang.Â
Dan hati itulah yang menjadi pusat jiwa/batin seseorang, jika baik hatinya maka baiklah badannya, jika rusak hatinya rusak pulalah badannya, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga jelas bahwa  baik tidaknya hati seseorang akan sangat mempengaruhi baik tidaknya pikiran, perasaan, dan sikap seseorang.Â
Sampai disinilah kehidupan batin/mental/kejiwaan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterima, yaitu gizi yang berupa seberapa luas pengetahuannya, seberapa dalam pengalamannya dan seberapa tinggi tingkat kearifan/kebijaksanaannya. Wah tidak mudah ya?.Â
Karena itu kesehatan mental/jiwa/batin sesungguhnya menjadi hal yang paling urgent dan mendasar untuk didahulukan dalam proses serta tujuan pendidikan keluarga (informal), pendidikan sekolah/akademis (formal) dan pendidikan secara umum di masyarakat (non formal).Â
Dalam bahasa lainnya harus mendahulukan pendidikan karakter yang baik dan jujur, serta mulia (akhlakul karimah). Sebagaimana misi Rasulullah Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Lalu dari mana diri kita akan membangun keyakinan jiwa dengan hati yang baik?, tentu sumbernya berdasarkan dari ajaran kitab suci yang sudah pasti kebenarannya.Â
Yang kemudian diperjelas dalam ajaran kehidupan para Rasul Allah, dan lebih lanjut dikaji secara lebih mendalam oleh para ulama' sebagai penerus para Nabi hingga sampai pada guru-guru kita kini.Â