Mohon tunggu...
Likke Andriani
Likke Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Generalis dinamis dengan latar belakang tehnik kimia, senang membaca mencoba mulai menulis untuk keseimbangan. Hobi: backpacking, naik gunung, jalan kaki, snorkeling dan kuliner.

"Jobs fill your pocket, but adventures fill your soul". "The world is a big playground - a lot to discover"

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kerisauan Pengusaha Kuliner

6 Juni 2020   01:28 Diperbarui: 6 Juni 2020   01:41 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pandemi corona, disusul dengan diberlakukannya PSBB di hampir semua wilayah Indonesia membuat pengusaha kuliner banyak yang ketar-ketir.  Aktivitas ekonomi masyarakat diluar rumah menurun tajam disertai dengan meningkatnya  rasa takut dan kecemasan akan ketidakpastian di masa depan.

Salah satu kenalan saya, seorang pengusaha kafe bercerita beberapa hari lalu, dia tidak yakin apa usahanya akan bisa dipertahankan. Sejak pertengahan maret kafenya hampir tidak ada pemasukan, penghasilan dari penjualan online tidak sebanding dengan pengeluaran tetap yang dia harus bayar untuk menyewa tempat usaha, listrik dan gaji karyawan. 

Apalagi untuk pencegahan virus corona dia harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli masker, sarung tangan, desinfektan, bahkan mengganti buku menu dengan menu baru yang bisa dilaminating.

Dia sudah berterima kasih karena pemilik tempat usaha  bersedia memberikan keringanan potongan sewa tempat usaha, walaupun tidak merubah kenyataan bahwa tidak ada jaminan penghasilan di masa depan. 

"Tidak ada yang tahu apa usaha saya bisa bertahan, saya sendiri juga tidak yakin" katanya. 

Dia juga kuatir karena untuk membangun usahanya dulu dia berhutang. Pandangan umum dari masyarakat, teman dan keluarga yang berasumsi bahwa dia orang mampu dan diharapkan untuk bisa membantu kadang juga membuat dia sulit tidur.

Kemarin dia ditelefon oleh pemilik modal, seorang bos yang pikiran otaknya terkenal lebih cepat daripada mulutnya,  selalu sibuk  hingga kadang tidak punya waktu untuk keluarganya.

 Sang bos berkata: "Beberapa bulan terakhir ini saya mengevaluasi diri dan berkesimpulan ada hal lain yang lebih penting daripada mengejar target dan untung. Ambilah waktu selama kamu butuh, jangan kuatir soal modal saya." 

Saking terharunya, dia hampir menangis waktu itu, "Jika usaha saya harus tutup, saya akan bangun usaha baru, tetap akan saya bayar hutang saya, kalau perlu biar rumah saya dijual.", katanya kepada saya. 

Cerita dia kepada saya membuat saya tahu bahwa kenalan saya jenis manusia yang berkualitas, yang bisa dipercaya, yang tahu diri dan tahu berterima kasih. Saya bangga mengenalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun