Mohon tunggu...
El
El Mohon Tunggu... Desainer - Menulis opini mengenai realita sosial dari lensa feminisme kontemporer

Wiraswasta di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggunakan Hak untuk Memilih, Memilih Apa?

25 Oktober 2016   11:07 Diperbarui: 25 Oktober 2016   14:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, hak memilih seorang pemimpin adalah salah satu hak sebagai warga negara.

Mengapa saya tulis hanya salah satu? Karena masih ada hak-hak lainnya yang Mungkin bisa dibilang lebih utama dan lebih penting, antara lain menyangkut hak hidup, hak mendapatkan sandang,  pangan dan papan yang cukup,  serta hak untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang melalui pendidikan dan membangun kapasitasnya sebagai makhluk sosial.

Memang, sungguh banyak yang menjadi hak asasi seorang manusia agar kemanusiaan manusia sungguh -sungguh terjaga. Hak memungut suara juga tidak kalah pentingnya.

Masih ingatkah Anda?

Masih ingatkah Anda ketika segala sesuatunya di negara ini diputuskan oleh ketua MPR, presiden dan jenderal?

Betapa malangnya ketiga pejabat negara itu yang di pundaknya membawa beban untuk menjamin hak-hak ratusan juta rakyatnya dan setiap hari nama ketiga orang itulah yang dihujat oleh rakyat yang tidak setuju dengan keputusan-keputusan yang mereka ambil.

Menyadari hal di atas membuat saya turut merasa prihatin dengan kesehatan mental dan emosional para pemimpin di negara ini. Ayolah kita membantu mereka dengan memberi apresiasi serta masukan yang konstruktif, jangan melulu destruktif.

Bagaimana kita membaca strategi kampanye?

Tidak dapat dipungkiri bahwa sistim pemungutan suara ini tidak akan mampu memuaskan semua pihak. Yang mendapatkan suara paling banyak, dialah yang akan memenangkan kampanye.

Tidak pula tertutup kemungkinan bahwa kandidat demi kandidat akan mengedepankan hal-hal yang dinilai "populer" di kalangan masyarakat pada umumnya.

Seorang kandidat yang bijaksana tentu tidak mengharapkan rakyatnya terbelah karena itu otomatis akan mengurangi peluangnya meraih jumlah suara terbanyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun