Pagi ini saya duduk di hadapan laporan berita internasional di Televisi. Berita itu memberikan informasi tentang kondisi anak-anak pengungsi Suriah yang memperoleh pendidikan sementara mereka mengungsi di Lebanon. Lebanon dan Suriah adalah dua negara yang bertetangga.
Menurut berita itu, Lebanon memiliki data populasi *warga negara* sejumlah 4 juta orang, sementara jumlah warga Suriah yang kini mengungsi di Lebanon ada sebanyak 2 juta jiwa. Itu artinya penduduk Lebanon meningkat 50% dengan hadirnya laki-laki, perempuan dan anak - anak yang berdatangan dari negara tetangga mereka.
Apakah kondisi itu menunjukkan berita baik atau berita buruk? Suriah yang tengah berkecamuk telah memaksa sekian juta penduduknya mencari tempat aman di negara-negara lain, bukan hanya di Lebanon saja. Keadaan ini sangat mengenaskan.Â
Keterbukaan pintu Lebanon untuk menerima dan memberi pendidikan bagi anak-anak dari Suriah sepertinya menunjukkan adanya kebaikan di antara berita-berita yang tidak baik yang dilaporkan akhir-akhir ini mengenai pemboman berbagai kota di Suriah. Akan tetapi, realita yang sesungguhnya adalah anak-anak itu telah kehilangan rumah dan masa kecil mereka yang semestinya mereka nikmati jika perang tidak melanda sedemikian buruknya.
Tentunya setiap berita memiliki dua sisi koin, kebaikan dan keburukan, tergantung dari mana kita mempresentasikan dan lensa apa yang kita gunakan untuk melihatnya. Berita seyogyanya menerangi kenyataan secara obyektif dan mendorong pembaca untuk melihat realitas yang ada. Akan tetapi, ketika berita terus menerus menonjolkan kekerasan yang terjadi di berbagai belahan dunia, ataupun sebaliknya, pembaca juga harus menjadi lebih jeli dalam memilih lensa yang digunakannya agar tetap obyektif.
Selamat membaca!